06. - New Atmosphere

17.3K 882 19
                                    

Everest menjemput Embun ke sekolah. Embun yang sudah siap hanya tinggal naik ke atas motor Everest.

"Petir mana?" tanya Everest yang sudah menghidupkan mesin motornya.

Embun yang berada disamping cowok itu mengernyitkan dahinya heran. "Lo akrab banget ya sama Kak Petir?"

"Enggak sih, udah lama aja gak ketemu," Everest tersenyum miring.

Embun yang melihat senyum memyeramkan itu mempunyai firasat buruk. Pria ini pasti sedang menyimpan sesuatu. "Nanti gue salamin,"

"Jangan lupa bilang, gak perlu menghindar dari gue,"

Embun benar-benar tidak mengerti. "Apalagi ini Rest?" ujar Embun heran.

"Inget, lo gak boleh deket-deket Zaki lagi sekarang. Dan inget kalo perlu tempel di otak lo, kalo gak boleh ada yang tau kalo lo ngelakuin itu semua terpaksa. Atau lo tau akibatnya." ujar Everest memperingati Embun dengan kasar.

"Rest berhenti ngancem gue! Gue udah tau," ujar Embun jengah.

"Lo yang cari masalah sama gue duluan!" ujar Everest mulai mengeras. Emosi cowok ini sangat mudah terpancing.

"Gue cuma nampar lo, itu juga karena lo yang salah," ujar Embun, mukanya sekarang memerah menahan tangis.

Embun sangat malas mengetahui fakta bahwa dia adalah gadis cengeng, yang tidak bisa dibentak.

"Tahan aja dulu. Paling, kalo gue bosen main-mainnya, lo juga gue lepas. Ngapain juga gue pacaran sama lo lama-lama," ujar Everest tanpa hati.

"Lo itu orang jahat!" ujar Embun geram.

"Naik, nanti lo telat. Kalo gue gak masalah. Nanti, citra lo sebagai anak disiplin tercemar."

🦋🦋

Embun masuk ke kelasnya. Dia langsung diserang oleh Pelangi, Rinai, dan Cahaya dengan tatapan tajam.

Embun duduk dengan canggung dikursinya. "Kalian kenapa?"

"Kita temen bukan sih?" tanya Cahaya yang duduk di depan Embun tapi kursinya diputar sehingga Embun dan Cahaya berhadapan.

Rinai yang duduk disebelah Cahaya juga ikut menatap Embun.

Embun menoleh pada Pelangi hendak bertanya atas pertanyaan Cahaya. Namun Pelangi hanya bergeming, tumben sekali. Biasanya, hanya Pelangi yang tidak bisa diam.

"Temen lah. Kenapa sih, Ya? Gue ada salah?" tanya Embun heran.

Cahaya diam beberapa saat. "Salah sih enggak. Cuma, terlalu banyak nutupin sesuatu." jawab gadis itu.

Sekarang Embun paham, ini pasti perihal masalahnya dan Everest. "Gue udah bilang, 'kan? Nanti gue cerita."

Emosi Pelagi meluap mendengar kalimat itu lagi. "Tapi bahkan lo gak bilang lo jadian sama tu cowok Bun. Oh my gosh! Ini bukan lo!" cercah Pelangi dengan kekesalan yang kentara.

Embun menunduk. "Iya gue jadian." hanya itu yang bisa gadis itu ucapkan saat ini.

"Kita bahkan mungkin tau terakhiran," ujar Rinai tidak terima.

"Semudah itu lo jadian sama dia? Gue gak bodoh Bun," ujar Pelangi pada Embun sambil menatap dalam mata gadis itu.

"Lo kenapa mau sih Bun? Zaki gimana?" tanya Cahaya, menurutnya ini adalah hal yang paling tidak masuk akal.

"Ya, karena gue mau," jawab Embun. Susah sebenarnya untuk berbohong, tapi hanya ini pilihannya.

"Gue kecewa sama lo!" ujar Pelangi lalu berdiri hendak berdiri.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang