39. - Leon dan Namira

9.7K 524 45
                                    

noted ; beberapa part akan sangat emosional ⚠️

selamat membaca semuanya ʕ•⩊•ʔ ♡

~•~

Everest menemui Abas yang  sedang santai menyesap Black Ivory Coffee miliknya sambil membaca beberapa artikel di iPad milik lelaki paruh baya itu.

Everest menghela nafasnya dengan sangat panjang— menggambarkan kelelahannya yang benar-benar sangat berat. Masalah yang bertubi-tubi tidak pernah hilang dalam hidupnya.

Abas melirik Everest sejenak melalui ekor matanya lalu tersenyum simpul meremehkan anaknya sendiri.

"Is there a problem, my son?" tanya Abas yang sebenarnya mengejek Everest. Abas kemudian beralih lagi kembali berpusat pada iPadnya.

"Lo udah tau semuanya?" Everest hapal betul tabiat seorang Abas Aodhagain. Ia tidak punya tameng apapun lagi untuk melawan.

"Leon Arkana Behzad yang bersalah atas meninggalnya anak kesayangan saya," tutur Abas lugas dan jelas. Dari penekanan dan intonasi pengucapannya sudah cukup menjelaskan bahwa Abas tidak bisa digoyahkan.

Mata Everest langsung terpejam. Habis semuanya tidak bersisa.

"Dia sahabat gue—"

"EVEREST KEEGAN MAC AODHAGAIN!!" Abas berdiri diiringi bentakannya yang dituju pada Everest. Raut muka pria paruh baya langsung berubah drastis. Urat-urat di kulitnya yang sudah tidak terlalu kencang itu timbul karena menahan emosi sedari tadi.

Everest memilih untuk diam sementara waktu. Ia bingung bagaimana cara untuk melakukan pembelaan. Ia bahkan paham bahwa apa yang dilakukannnya adalah kesalahan. Dia terpojokkan karena apa yang sudah ia perbuat atas kesadarannya sendiri.

"Kamu mengorbankan diri kamu sendiri untuk orang lain? Kamu menutupi kesalahan pelaku yang menyebabkan adik kamu meninggal dunia? Kamu menutupinya Everest."

"Seburuk-buruk Zaki, dia adikmu. ADIK KAMU!!" Abas benar-benar emosi. "Kamu sangat keterlaluan kali ini, Everest!"

Everest akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan isi hatinya. Suaranya pelan dan agak serak."Leon bukan orang lain. Dia keluarga gue. Disaat semua orang meninggalkan gue sendirian dalam sepi, Leon yang awalnya orang asing mengisi kekosongan itu."

"Seperti seseorang Kakak yang menghibur adiknya dalam kehancuran. Seorang Kakak yang selalu menemani gue dalam kesusahan. Lo enggak tau gimana hubungan gue sama Leon. Gue berhutang banyak sama Leon."

"Yang lo peduliin cuma Sarah dan anaknya, seperti kata lo sendiri. Lo sudah kehilangan anak kesayangan lo,"

"Gue juga mau menebus kesalahan gue sama Zaki karena selalu menyakiti dia,"

"Dimana letak kesalahan bagi seseorang yang ingin melindungi orang yang berperan penting dalam hidupnya dan menebus kesalahan atas apa yang dia lakukan pada adiknya?"

Bukan perlawanan seperti yang biasanya dilakukan cowok itu, Everest memejamkan lagi matanya setelah mengucapkan apa yang dia rasakan. Walaupun hanya sedikit, Everest berharap Abas dapat memahami itu.

"Keluar!!" Abas mengusir Everest dari hadapannya.

Everest menghela nafasnya. "Biar gue yang menanggung kesalahan Leon," pinta Everest pada Abas. "Ini permintaan gue dari anak untuk Papanya," ujar Everest lemah dan pelan.

Abas tersenyum simpul. "Bisa-bisanya kamu—"

"Everest mohon Pa,"

Abas memejamkan matanya. "Keluar Everest!!"

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang