17. - Concerns Many Lives

14.3K 782 14
                                    

Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri Everest memutuskan untuk masuk keruangan Zaki.

Saat masuk, ia melihat Zaki yang belum sadar.

"Sini, Everest bisa duduk di sofa," tawar Sarah.

"Iya," jawab cowok itu dengan kaku lalu duduk di sofa berwarna khaki di ruangan VVIP tempat Zaki dirawat.

"Maaf Rest, Zaki ada disini karena akses Papa kamu," Sarah tidak ingin Everest tau dari orang lain dan akan lebih marah nantinya.

"Gakpapa, dia berhak," ujar Everest tulus. Hatinya mulai melembut, walau sedikit.

Sarah tidak bisa menahan senyumannya. Jawaban Everest sangat mengejutkan.

Sarah berharap ia bisa memberikan kasih sayang kepada Everest seperti putra kandungnya sendiri. Karena apa yang dilalui Everest adalah karena kehadirannya.

Perlahan tapi pasti, semoga anak itu bisa luluh...

Sarah mengelus rambut Zaki, kasih sayang jelas terpancar di wajah wanita itu. Dan ya, Everest memperhatikan setiap geriknya.

"Cepat sembuh sayang. Mama sayang kamu. Kita pasti selalu sama-sama," Sarah berbicara pada Zaki, seolah anaknya bisa mendengar apa yang ia katakan. "Zaki pasti sembuh, mama yakin itu. Zaki anak kuat, anak hebat."

Sarah menutup mulutnya, air mata itu luruh dengan sendirinya tanpa bisa ia cegah.

"Ya Allah, kenapa harus Zaki?" ujar Sarah pada dirinya sendiri.

Terlalu sakit, ia tidak kuat.

Everest hanya memperhatikan. Rasa iri itu ada, iri karena sampai kapanpun ia tidak akan bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu seperti yang dimiliki Zaki.

Mama? Everest disini sendirian.

Aku gak punya siapa-siapa Ma.

Mama kenapa tinggalin aku?

Batin Everest benar-benar tersiksa.

Aku kangen Mama. Aku mau punya Mama lagi disisi aku. But it is not possible.

Mama bahagia 'kan diatas sana? Kalo Mama bahagia aku juga akan bahagia.

Cukup dengan lamunannya, Everest berdehem. "Ehem." Sarah menoleh. "Gue mau pulang." ujar Everest memberi tau.

"Oh, iya, hati-hati ya Everest..."

"Mungkin gue bakal jenguk Zaki lagi?" ujar Everest tapi ia pun tidak tau kepastiannya.

"Kapan pun kamu mau berkunjung pasti Mama persilahkan. Nanti kasih kabar aja ya? Siapa tau Zaki udah pulang nanti," ujar Sarah dengan senyum yang selalu ia sediakan untuk Everest.

"Oke," Everest berkata lalu pergi meninggalkan ruangan Zaki.

🦋🦋

Hari sudah hampir gelap tetapi Everest malah pergi ke makam Mamanya.

Arumi Saki.
Lahir
09 - 01 - 1981
Wafat
14 - 02 - 2010

Begitulah yang tertulis dalam nisan putih milik wanita cantik yang sudah tenang di sana, wanita yang sudah melahirkan anak setampan Everest- laki-laki tangguh yang selama ini menutupi rasa sakitnya sendirian.

Everest selalu menangis saat melihat nisan Saki. Terlalu menyakitkan baginya.

Everest memeluk nisan itu. "Maafin aku, aku jarang kesini Ma. Hiks... aku gak sanggup." isak Everest.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang