24. - Zaki

13.9K 783 17
                                    

Johns Hopkins Hospital, Baltimore, Amerika Serikat.

04. 32, North America. Morning Prayer Time.

Sarah membantu Zaki berbaring lagi seusai Sholat dengan duduk.

"Ada yang sakit?" tanya Sarah ptotektif.

Zaki hanya menggeleng.

"Istirahat sana," suruh Sarah.

"Ma aku mau pulang, aku mau ke Indonesia Ma," pinta Zaki pada Sarah.

Zaki tidak bisa berkutik saat Abas memindahkannya untuk melakukan pengobatan di Amerika Serikat, karena kondisi-nya yang masih sangat lemah saat itu.

Seandainya Zaki mempunyai tenaga walau sedikit, ia pasti akan memberontak. Cowok itu tidak cukup hati untuk meninggalkan beberapa hal barang sedetik pun di tempat-nya. Tapi sekarang? Ia bahkan berada di negara yang berbeda dari tempat dia tinggal.

"Sayang, sebentar lagi. Sampai kamu pulih total," ujar Sarah dengan lembut. "Gak nyampe dua bulan kok, mungkin gak nyampe juga satu bulan. Percaya Mama," ujar Sarah lalu mengelus rambut putra-nya.

"Aku mau nyelesai-in sesuatu di Indonesia, Ma. Ada yang mengganjal pikiran aku," jelas Zaki, berharap agar Sarah bisa memahami dan mengabulkan pintanya.

"Pengobatan kamu belum total disini, kamu gak boleh banyak pikiran," ujar Sarah dengen kelembutannya.

"Ma, aku ini cuma geger otak ringan," ujar Zaki, sungguh semua ini sangat berlebihan baginya.

"Tetep aja, mau ringan atau berat, dampaknya tetap buruk Zaki. Ayolah Nak, mengertilah," Sarah menarik nafasnya. "Cukup fokus sama kesembuhan kamu. Setelah sembuh, pasti kita pulang."

"Ma, di Indonesia juga banyak Rumah Sakit hebat,"

"Kami orang tua kamu, cuma mau yang terbaik. Mama gak mau kalo ini akan membahayakan kamu. Mama gak mau kehilangan kamu." ujar Sarah sendu.

"Mama gak mau nantinya kamu kena gangguan mental kronis, Alzheimer, gangguan stres pasca-trauma, penyakit parkinson, atau yang lain. Mama cuma mau kamu sembuh total, dan itu dengan pengobatan disini. Gak akan lama,"

Zaki melihat Mamanya mulai jenuh dan mellow, sungguh Zaki harus bisa memahami bahwa air mata wanita paruh baya di depannya ini sangat mudah tumpah.

Zaki mengelus pipi Sarah. "Maaf Ma. Ya udah, Mama bakal selalu temenin aku, 'kan?"

Sarah menggenggam tangan putranya, mengelus-nya penuh sayang. "Of course, sayang."

"Mama sholat dulu ya? Kamu tidur sana,"

Biasanya setelah Zaki tidur, baru Sarah akan melakukan sesuatu entah itu beribadah atau makan. Ia benar-benar tidak mau lengah apalagi sampai Zaki merasakan sakit sendirian.

Dan berakhirlah seperti ini, Zaki yang hanya memejamkan matanya tanpa tertidur agar Sarah bisa tenang.

Ia terpejam, pikirannya melayang menuju Embun.

Lagi-lagi gadis itu.

"Aku terpaksa Ki."

"Aku terpaksa Ki."

"Aku terpaksa Ki."

Gue akan cari tau Bun, gue mau memecahkan semua tanda tanya di otak gue selama ini.

I realized how stupid I was.

Gue tau lo, tapi gue dibodohkan oleh situasi.

🦋🦋

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang