46. - Thousand Crack

9.1K 614 457
                                    

"Hati lo sama seperti nama lo, beku."  — Embun Anahita

~•~

Playlist : Black Hole Acoustic Version — Griff

Playlist : Black Hole Acoustic Version — Griff

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Embun tersenyum. "Rest, gue makin yakin, lo perlu diobatin,"

"And that drug is you."

"Lepas Rest, gue mau pulang,"

"Come on Baby, nggak mau seneng-seneng dulu?"

"Gue bukan Grace." ujar Embun sarkas.

"Tapi ini malam terakhir Bokap dan Kakak lo di Rawat Inap kan? Biayanya belum lo tebus dan klaim asuransinya ditolak sampai sekarang." Everest tersenyum menang. "Jadi Gimana Embun?"

Embun meludah di hadapan Everest. "Lo pikir demi uang gue rela jual diri gue ke lo, Rest?" ujar Embun sambil tertawa. "Gue miskin tapi gue punya harga diri,"

Everest tersenyum meremehkan. "Nggak usah gitu. Langkah kaki lo pun bergerak atas perintah gue. Buktinya lo ada disini sekarang, 'kan?"

Embun menatap Everest. Dengan tatapan kosong namun tetap menusuk mata cowok dihadapannya ini. "Lo kaya. Lo punya semuanya. Lo ngelakuin apapun sesuai yang lo inginkan. Bahkan mungkin lo bisa beli dunia dan seisinya itu. Gue akuin itu,Rest."

Embun tersenyum dengan mata yang memerah— menahan air matanya yang hendak beranjak keluar. Jemari lentiknya yang gemetar menulusuri wajah Everest, membuat cowok itu diam. "Tapi itu semua percuma karena lo nggak punya hati." ujar Embun sambil menunjuk dada Everest, menekannya. "Lo nggak bisa ngerasain cinta. Lo nggak bisa membedakan rasa kasih sayang dan kebencian. Hati lo sama seperti nama lo, beku." lanjut gadis itu tanpa goyah.

Air mata Embun akhirnya menetes, ia kalah untuk berpura-pura kuat atas semua ini. "Lo nggak bisa memperlakukan manusia selayaknya manusia cuma karena lo punya segalanya. Gue yakin, suatu saat nanti lo ada di posisi paling menderita, sebagaimana lo membuat orang lain menderita," ujar Embun masih tetap bertahan dengan senyuman getirnya.

"Udah?" Everest menaikkan salah satu alisnya. Cowok itu berusaha tidak mengindahkan kata-kata Embun.

Embun menggelengkan kepalanya. "Lo yang harusnya udah, Rest. Apa salah Kakak gue? Ha? Apa salah dia?" tanya Embun memelan kemudian tertunduk lesu.

Everest hanya menatap Embun dalam diam.

''Lo tau? Ibu gue lagi hancur-hancurnya sekarang, Rest. Lo nggak pernah akan paham kondisinya," Embun terisak. "Lo nggak akan pernah paham karena lo— karena lo nggak punya ibu untuk ngerasain apa yang gue rasain. Di hati lo nggak punya kasih sayang untuk itu."

Rahang Everest mengeras. "Enough! Jangan bawa-bawa nyokap gue disini." Everest menekan setiap kata yang diucapkannya, berusaha agar Embun paham apa yang ia inginkan.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang