"Kakak bener punya hutang sama Everest 48 juta?"
Petir terkejut. "Masuk kamar gue!" suruh Petir pada Embun, ia tidak ingin ada yang mendengar.
Embun masuk mengikuti Petir. Petir langsung mengunci kamarnya dan Embun sangat bisa melihat raut kecemasan itu.
"Jadi bener?" tanya Embun membaca reaksi Petir.
Petir duduk diatas kasurnya dengan lesu sambil merunduk. "Gue gak punya pilihan lain waktu itu."
"Maksudnya apa? Jelasin Kak." Embun gelisah.
"Lo tau dari mana?"
"Everest sendiri," jawab Embun.
"Lo pacaran sama dia atau ada hubungan lain?" tanya Petir lagi.
"Gue gak akan jawab pertanyaan apapun sebelum lo jawab pertanyaan gue terlebih dahulu." kekeuh Embun.
Petir menghela nafas panjang. Mau menutupi sebagaimanapun juga, Embun berhak tau. "Ya! 48 juta."
"Buat apa uang sebanyak itu kak?" ujar Embun sedih. Matanya sayu berkaca-kaca.
"Ini cuma untuk lo," Petir memghimbau Embun sebelum bercerita.
Embun hanya mengangguk, gadis itu sangat tidak sabar lagi.
"Gue nabrak orang waktu itu. Orang itu mau laporin gue ke polisi. Gue takut, tapi untungnya ada Everest disana, dia salah satu kenalan gue. Pergaulan dia itu luas dan bebas, siapapun orang jalanan pasti tau siapa Everest. Akhirnya gue minta tolong sama dia karena gue tau dia punya akses yang kuat, " Petir mulai bercerita dan Embun mendengarkan dengan saksama, ia tidak ingin ada satu kata yang terlewat.
"Dia berkuasa Bun, dia nolong gue dengan bilang gue saudaranya ke keluarga korban. Siapa yang berani ngelawan anak pengusaha besar dunia?" Petir menghela nafasnya lalu diam beberapa saat.
"Mereka akhirnya nempuh jalur kekeluargaan dengan syarat gue harus bayar pengobatan korban selama mengalami pengobatan sampai sembuh. Lagi-lagi, gue minta bantuan Everest."
"Lo inget kan pas Mama ditipu temen arisannya 15 juta? Itu bertepatan dengan kronologi penabrakan yang gue lakukan. Gue gak mungkin minta sama Papa Bun, beban mereka aja udah banyak ditambah penipuan itu. Gue gak sanggup dan gak berani minta sama mereka." Petir meneguk ludahnya sendiri.
"Karena gue tau uang 48 juta sekedar mainan bagi Everest, alhasil gue pinjam uang dia. Dan sampai sekarang gue bingung balikinnya gimana. Banyak obat yang harus gue tebus dan korban juga perlu di operasi."
Embun mengusap mukanya kasar. Everest pasti akan leluasa mengancamnya lagi sesudah ini.
Welcome to the Hell, Embun!
Embun hendak pergi dengan kesal. Bukan kesal karena kakaknya yang meminjam uang Everest tapi kesal dengan nasibnya sendiri.
"Lo pacaran sama Everest? Udah putus dari pacar lo sebelumnya?" tanya Petir saat Embun hendak memutar kunci pintu.
"Iya," jawab Embun malas lalu pergi.
"Jangan kasih tau Mama Papa, pakek akal pikiran!" peringat Petir, Percuma semua usahanya jika Embun membongkar.
🦋🦋
Embun masuk kedalam kamarnya.
"Kenapa nasib gue sekarang kayak gini?"
"Diancam sana-sini,"
"Begitu gak boleh, begini juga gak boleh,"
"Padahal kan gue gak numpang hidup ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVEREST
Fiksi Remaja"Kalo lo gak mau nurutin apa yang gue mau, Bokap lo pengangguran selamanya dan Kakak lo jadi narapidana!" Embun Anahita tidak menyangka jika Everest akan memanfaatkannya demi menyakiti hati Zaki, pacar Embun yang juga adik tiri Everest. Hidupnya yan...