22. - If It's Not Bad It's Not Everest

14.9K 799 44
                                    

"If it's not bad it's not me." - Everest Keegan Mac Aodhagain

~•~

Everest terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia tidak berpikir jauh bahwa kepergian Zaki akan membahayakan posisinya.

"Lo mau lepas dari gue?"

Embun menunduk, mendadak takut saat melihat tatapan tajam itu.

Everest yang mendapatkan kebisuan dari gadis tersebut, langsung menarik pinggang Embun dan mendekapnya. Jarak yang sedekat ini membuat Embun kesulitan memasok oksigen.

"Rest, lepas." pinta Embun dengan gugup.

Everest menjilat bibir bawahnya agar basah lalu tersenyum singkat. "Lo mau lepas dari gue?" tanya cowok itu sekali lagi.

Embun mengangguk. "Iya." jawabnya memberanikan diri.

Everest tersenyum mengejek. "But so sorry Embun, tapi lo gak bisa lepas dari gue." ujar Everest tajam dan mutlak.

"Kenapa?" tanya Embun sambil menjauhkan tangan Everest dari pinggangnya, tapi sangat sulit, Everest menahannya.

"Karena gue belum puas main-main." ujar Everest sarkas. Tanpa memikirkan perasaan Embun sama sekali.

Hati Embun sakit. "Gue bukan mainan Rest." ujarnya melemah.

"Gue tau. Tapi apa salahnya kalau untuk kesenangan gue, 'kan?"

Jantung Embun seolah berdetak lebih lamban, sebegitu tidak berharga dirinya?

Embun berusaha melepaskan pelukan Everest di pinggangnya, kata-kata itu tidak bisa lagi ditoleransi. Tapi bukannya melepaskan Everest malah semakin mendekap Embun.

"Lepas Rest," pinta Embun. "Gue bukan mainan..." isaknya. Akhirnya air mata yang selama ini ia tahan, tumpah juga.

Everest terkejut. "Lo nangis?" tanyanya khawatir. Cowok itu melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Embun.

Embun menepis tangan kekar Everest dari pipinya. "Cukup, gue gak tahan. Lo dapet kesenangan dan gue dapet penderitaan."

"Lo menderita? Menderita sama gue?" tanya Everest pedih.

Embun menganggung tegas. "Iya!" ujarnya lelah.

"Zaki bukan pergi selamanya, dia akan kembali. Dan lo tetep jadi punya gue. "

"Tapi Rest-"

"Perihal lepas-melepas itu urusan gue. Itu hak gue!"

"Egois. Gue ini punya perasaan Rest, hiks.."

Everest menahan diri untuk menghapus lagi air mata itu. Dia lemah sedikit saja, Embun bisa pergi darinya.

"Jangan ngelunjak, cukup turutin apa yang gue mau."

"Mau lo itu apa?" Embun menatap Everest sengit.

"Lo."

"Kenapa gue?"

Everest diam, tidak punya jawaban- bukan, tapi tidak berani menjawab.

"Kenapa gue Everest?" Embun bertanya lagi sambil menatap mata Everest, wajah sendu itu meminta jawaban atas semua ini.

Mata penuh air mata milik Embun membuat hati Everest terkikis. Tapi hanya seperti ini agar Embun bisa tetap bersama dirinya.

"Gue gak mau Zaki bahagia." jawab Everest di luar konteks jawaban sebenarnya.

Embun menunduk setelah mendapat jawaban, menangis lebih lagi. "Dia gak ada disini sekarang," gumam Embun.

"Lo mau gue kasarin atau sekedar gue peringatin," Everest mencengkram wajah Embun kasar, mengambil wajah yang menunduk itu agar mau menatapnya lagi.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang