"Rest, jangan main-main kayak gini. Tolong," ujar Embun menangis. "Jangan apa-apain gue!"
Everest menarik lengan Embun. "Rest jangan. Gue gak mau! Gak mau!" ujar Embun memberontak ingin lari.
"Diem!" bentak Everest pada Embun.
"Gak mau! Mau pulang! Please," isak Embun.
"Lo mau cara halus atau kasar? Pilihan di tangan lo sendiri! Diem!"
"Gue gak mau! Mau halus kek kasar kek. Gak mau!"
Everest menatap Embun tajam. "Lo tau lo lagi memberontak sama gue?"
"Lo tau lo lagi mau macem-macem sama gue?" balas Embun.
"Lo tuh ya—" ucapan Everest terpotong karena geram sendiri. Ia langsung membopong tubuh Embun.
Seperti membawa karung beras.
"Gue gak mau! Gak mau! Tolong!" ujar Embun berteriak.
Percuma, Everest tidak melewati loby, cowok itu memiliki lift khusus dan private room access menuju kamarnya.
Embun sesegukan dan rambutnya sudah berantakan karena mengamuk. Ia menggigit pundak Everest.
"Aw! Bangsat! Sakit, Anjing!" Everest terkejut.
"Turunin Gue!"
Dengan susah payah Everest menempelkan access card ke pintu apartemennya.
Ia masuk dan langsung menuju kamar dengan Embun yang masih memberontak.
Everest lalu langsung melemparkan Embun kekasurnya dan dengan cepat menutup pintu.Embun yang melihat itu semua, langsung berlari ingin kabur namun melihat pintu sudah tertutup rapat gadis itu langsung menuju sebuah pintu yang seperi pintu kamar mandi, namun sayang pintu itu juga terkunci.
Everest membalikkan badannya, ia tersenyum puas melihat Embun. Everest lalu duduk di sofa yang tak jauh dari kasur.
Embun memegang gagang kamar mandi dengan gemetar. "Gue mau pulang!"
"Lo bakal pulang," ujar Everest yang membuat Embun bernafas lega. "Sesudah gue puas." lanjutnya lagi yang membuat Embun langsung terduduk menangis. Embun menelungkupkan kepalanya diantara dua lutut.
Embun terus menangis tersedu-sedu beberapa menit, tidak mau berhenti. "Jangan.." gumam Embun ketakutan.
"Puas liat lo ketakutan. Udah gak usah nangis! Berisik!" ujar Everest menahan tawa.
Embun mendongakkan kepalanya. Cewek itu langsung menatap Everest dengan air mata yang bercucuran. "Lo boongan?" tanyanya masih sesegukan.
Everest tersenyum, why is this girl different? "Logika aja, gak mungkin gue mau having sex sama lo. Baru gue buka dikit udah mual!" ejeknya.
"Bodo amat!" ujar Embun kesal. Ia mengambil tisu di atas nakas meja dan membersihkan sisa air mata nya.
"Makanya jangan main-main sama gue," Everest dengan serius menatap Embun. "You are in the danger zone now."
Everest keluar dari kamar. "Ikut gue woi!"
Embun menarik nafasnya, menghilangkan segukan kesedihan barusan. "Iya! Sabar!" jawab Embun kesal.
🦋🦋
Everest pergi ke dapur dan tentu harus diikuti oleh Embun. "Masakin gue! Gue laper banget."
"Rest tapi kan lo bisa—"
"Gue mau makanan rumahan bukan restaurant."
Embun hanya bisa menghela nafas. "Oke, lo mau makan apa?" kata gadis itu sambil meluhat beberapa bahan di kulkas, sangat banyak, bahkan lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVEREST
Fiksi Remaja"Kalo lo gak mau nurutin apa yang gue mau, Bokap lo pengangguran selamanya dan Kakak lo jadi narapidana!" Embun Anahita tidak menyangka jika Everest akan memanfaatkannya demi menyakiti hati Zaki, pacar Embun yang juga adik tiri Everest. Hidupnya yan...