29. - Hold On

13.7K 769 62
                                    

Embun baru selesai mandi dan hendak tidur. Saat ia mengambil handphone-nya, tepat pada saat itu juga benda di genggamannya tersebut berdering.

Unknown number +625600..

Embun mengernyitkan dahinya. Namun ia tetap mengangkat sambungan itu.

"Hallo, siapa ya?" tanya Embun langsung.

Zaki tersenyum, cowok itu sedang berbaring dan langsung menghubungi Embun setelah memasukkan kartu baru di handphone-nya.

Zaki tidak mengerti mengapa Embun memblokir nomornya. Cowok itu masih tetap yakin dugaannya bahwa Embun dipaksa itu benar.

Ia benar-benar rindu dengan gadisnya dan Zaki ingin memiliki Embun kembali.

"Hallo?" sapa Embun lagi karena tidak ada jawaban apapun.

"Ini aku," jawab Zaki kemudian.

Embun membeku. Suara yang didengarnya barusan jelas sangat Embun kenal—— Zaki.

"Enggak lupa, 'kan?" tanya Zaki basa-basi. Ia ingin suasana tidak menjadi canggung.

Suara Zaki sangat lembut, berbeda dari waktu terakhir mereka bertemu. Suara dengan nada seperti ini sudah lama tidak Embun dengar.

"Enggak," jawab Embun seadanya. Sudah ada perasaan yang harus ia jaga.

Mendengar jawaban Embun yang terkesan 'ketus' membuat Zaki agak sedikit menyesal, mengapa dengan cepat ia melepas gadis ini.

"Aku waktu itu pengobatan," ujar Zaki memberitau perihal kehilangannya.

"Udah tau dari Everest," Embun ingin sekali mematikan sambungan telphone ini karena takut Everest marah. Tapi, Embun juga penasaran apa yang ingin Zaki sampaikan.

"Masih pacaran sama tu orang?"

"Masih,"

Degup jantung Zaki mendadak berdetak lebih kencang mendengar jawaban Embun. Padahal ia sudah tau dengan jelas jawaban yang akan diberikan gadis itu. Ternyata rasanya masih sama.

"Ouh, by the way aku udah di Indonesia sekarang. Udah di rumah sih," info Zaki berharap Embun paham maksudnya.

"Ada apa nelphone?" tanya Embun tidak ingin berlama-lama lagi.

Zaki menarik nafasnya. Berusaha yakin bahwa ia bisa melepas Embun dari belenggu siksaan Everest. "Mau ajak ketemuan. Bisa?"

🦋🦋

Jam pelajaran olahraga Embun dimajukan tidak seperti biasanya. Sehingga kelas Embun akan berbagi lapangan dengan kelas Everest karena jadwalnya sama.

Embun sangat malu, ia paling benci pelajaran olahraga karena tidak bisa apa-apa.

"Waw bening," ujar Cahaya kala tau kelas mereka digabung dengan kelas yang terdapat para pria tampan.

"Target lo serem Ya," sahut Pelangi.

"Jangan begitu, nanti Embun cemburu," ujar Rinai bercanda.

Embun hanya diam, ia terus menunduk sedari tadi.

"Lu kenapa si? Nyari duit jatuh?" geram Pelangi melihat tingkah Embun.

Cahaya dan Rinai tertawa. "Malu dia," jawab Rinai.

Embun menegakkan kepalanya. "Apaansih," kesal gadis itu.

"Sekalian cuci mata nih, asik,"

"Cuci mata sih iya. Tapi senggol dikit bacok, ya angker. Horor bestie," Pelangi memperingati.

EVERESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang