Esok harinya kepala Everest sungguh pusing, tidak hanya itu Everest juga merasa mual.
Teman-teman Everest yang lain menginap di apartemen Everest, karena tidak mungkin Zidan membawa mereka ke rumah masing masing.
Flashback on
Diantara Everest, Loen, Diaz, dan Zidan dan Ghifar yang agak waras hanyalah Zidan saat ini. Keempat pria yang lainnya itu bak orang gila karena mabuk berat sekarang.
"Everest, lo kok bisa semabuk ini?" tanya Grace pada Everest.
Tidak hanya Everest, dunia malam seperti ini juga dimiliki oleh Grace. Bahkan awal hubungan Grace dan Everest terjalin karena mereka bertemu di salah satu Club malam, Jakarta.
Zidan melerai Grace yang ingin menggengam lengan Everest.
Grace menggeram marah, dia ingin membawa Everest pergi bersamanya.
"Jangan sentuh temen gue. Gue tau siapa lo."
"Everest gak pernah semabuk ini. Gue mau sama dia!"
"Gue bilang enggak. Ya, enggak."
"Gue mau anterin Everest, Zidan!" kesal Grace.
"Gue yang nganter temen-temen gue pulang, gak ada urusan sama lo. Minggir!" ujar Zidan lalu mendorong tubuh Grace agar menyingkir.
Flashback off
Zidan masuk ke dalam kamar Everest.
"Kenapa lo?" tanya Zidan saat melihat Everest duduk di pinggir kasur sambil menyentuh keningnya.
"Pusing, mual," jawab Everest.
Zidan mendekat. "Lo ada pembantu? Lo minum parah semalem,"
"Dirumah bokap, disini enggak, ada cleaning service,"
"Masa iya gue suruh cleaning service buat ngasuh lo?" ujar Zidan bingung.
"Sialan! Gue bukan bayi!" amuk Everest. Ia lalu melemparkan bantal ke tubuh Zidan.
"Lo sakit! Gak mungkin sendirian,"
"Ada lo pada,"
"Gue sih ogah!" balas Zidan sarkas.
"Bangsat!" umpat Everest.
Zidan terkekeh, tentu dia hanya bercanda. "Kita semua cowok beda lah kalo cewek yang ngerawat," ujar Zidan lalu memegang kening Everest. "Lo demam,"
"I'm fine, Dan. Gue bukan anak kecil yang kalo sakit harus dirawat, gue gak semenye-menye itu,"
"Fine? Stupid."
Everest menatap Zidan tajam. "Kurang ajar lo sama gue!"
"Gue call aja pacar lo. Kirim nomornya," suruh Zidan.
"Enggak perlu," tolak Everest.
"Buruan!" paksa Zidan.
"Ck! Bentar," ujar Everest lalu mengambil handphone-nya diatas nakas. "Eh bentar, gue bisa telphone sendiri anjing!" pikirnya.
Zidan menaikkan bahunya, acuh. "Up to you."
"Gak usah deh, lo aja. Bilangin gue parah," pinta Everest lalu menaik-naikkan kedua alisnya pada Zidan.
Zidan berdecak malas. "Raja drama!"
"Nomornya jangan disave. Punya gue." peringat Everest.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVEREST
Genç Kurgu"Kalo lo gak mau nurutin apa yang gue mau, Bokap lo pengangguran selamanya dan Kakak lo jadi narapidana!" Embun Anahita tidak menyangka jika Everest akan memanfaatkannya demi menyakiti hati Zaki, pacar Embun yang juga adik tiri Everest. Hidupnya yan...