Mira terlihat berjalan menuju area pertandingan, ia menyeka air matanya sepanjang jalan. Hatinya benar-benar hancur hari ini, mimpinya terasa dihancurkan secara tiba-tiba, tanpa diberikan peringatan sebelumnya, tanpa ada negosiasi sama sekali. Mungkin Mira bisa mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja pada Aya, tapi sejujurnya ia tak sebaik itu. Langkah kakinya terasa begitu berat, bahkan rasanya Mira ingin pergi saja dan meninggalkan pertandingan ini. Tapi Mira sadar jika ia melakukan hal itu maka dia akan membuat banyak orang kecewa padanya.
"Mira" suara seorang lelaki itu membuat Mira menoleh dan memicingkan matanya. Ia tahu betul siapa lelaki itu.
"Lo ngapain sih ada di sini?"
"Semangatin lu lah"
"Gue ga butuh semangat dari lu" jawab Mira dengan nada sinis, bahkan ini adalah sikap Mira yang paling kasar yang pernah ia tunjukan pada orang lain.
"Galak banget lu Mir, gue jauh-jauh loh kesini Mir buat nonton lu"
"Ga ada yang nyuruh lu kesini"
"Ya tapi gue mau, gue mau semangatin lu"
Langkah Mira terhenti, ia terlihat menghela nafasnya sebelum akhirnya ia berbalik ke arah Badrun dan menatap Badrun dengan sangat tajam.
"Kenapa sih lu selalu bikin masalah? Bisa ga sih ga usah bawa masalah ke hidup gue?" Mira memang sudah muak jika harus terus menerus terjebak dalam drama bersama Chika yang tak kunjung usai.
"Gue bikin masalah apa sih Mir? Gue ga ada niat bikin masalah sama lu loh Mir"
"Dengan lu datang kesini, lu bikin masalah! Lu bawa masalah ke hidup gue!"
"Lu kenapa sih Mir?"
"Ga usah tanya gue kenapa" Suara Mira mulai meninggi.
"Gue cuma mau semangatin lu Mir"
"Gue udah bilang, gue ga butuh semangat dari lu! Inget, gue ga butuh!" Mira mendorong dada Badrun yang sedari tadi memang menghalangi jalan Mira menuju area pertandingan.
Badrun terdiam, ia tak pernah menyangka jika Mira bisa bersikap seperti ini. Selama ini Badrun selalu melihat Mira sebagai perempuan ramah yang sangat menyenangkan, ia selalu bersikap lembut kepada anak-anak yang menjadi anggota perpustakaan belajarnya. Tapi kini sikap Mira benar-benar berbeda dari biasanya, ia terasa begitu kasar dan sangat tempramen. Badrun sendiri tak ingin membuat mood Mira semakin berantakan, maka akhirnya ia memilih untuk berhenti mengejar Mira. Badrun akhirnya memilih bergabung bersama Azizi dan yang lainnya di tribun penonton.
Suara riuh penonton semakin terdengar, mereka meneriakan nama kuda dan joki jagoan mereka. Tak sedikit juga yang meneriakan nama Mira, karena banyak pendukung Shani yang kini menjadi pendukung Mira. Tapi bagi Mira semua itu sia-sia, dukungan sebanyak ini tak ada artinya karena yang ia inginkan adalah dukungan dari sang Ayah.
"Javas, kamu tau alasan aku ada di sini apa. Kamu tau alasan aku latihan selama ini bahkan sampai ngepush kamu itu apa. Sekarang aku ga akan push kamu, aku ga peduli lagi sama pertandingan ini, jadi sekarang kita selesain aja semuanya tanpa kamu perlu push diri kamu sendiri. Makasih ya, udah nemenin aku berjuang sampai detik ini" Tangan Mira gemetar ketika menyentuh kepala kuda kesayangannya, ia menatap mata kuda itu lamat-lamat. Mira memang selalu memperlakukan kudanya dengan sangat baik.
"Haaaa" Javas seolah paham dengan apa yang disampaikan dan dirasakan Mira, ia bersuara seolah menanggapi ucapan Mira.
"Inget ya, kamu ga perlu ngepush diri kamu. Kita anggap aja ini latihan, ok?" Mira tersenyum, namun tangan kanannya terlihat menyeka matanya yang kini basah. Bagi Mira ini memang sangat menyakitkan dan bahkan mata Javas kini juga ikut basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...