Tiga Puluh Lima - Yang Terungkap

980 117 63
                                    

Shani yang baru tiba di Jakarta langsung meminta Gracia menjemput Chika di Bandara karena ia harus segera menjenguk Papanya. Beruntung Gracia juga sangat sigap, ia sudah stand by di Bandara bersama Mario sebelum Shani dan Chika tiba. Kini matanya langsung membesar ketika melihat Chika yang keluar dari pintu keluar sambil menggenggam tangan Shani.

"Bundaaaaa" Chika langsung berlari dan memeluk Gracia.

"Hai Sayang, puji Tuhan akhirnya sampai juga ya"

"Iya Bunda, katanya Eyang sakit jadi harus pulang"

"Iya Sayang, Eyangnya Chika sakit jadi Papa harus kesana" Gracia mencoba menjelaskan.

"Gre, Mar makasih ya udah jemput"

"Sama-sama Shan, lo mau gue anter ke Bogor ga?" Mario menawarkan diri.

"Ga usah Mar, anterin Gre sama Chika pulang aja kasian Chika capek banget kayanya"

"Lo balik sama siapa sekarang?"

"Taxi aja biar cepet, yaudah gue balik duluan ya, Chika Ayah pergi duluan ya" Shani langsung mencium kepala Chika.

"Iya take care Ayah"

"Shan, aku ikut kesana aja apa?"

"Nanti aja Gre, Chika jetlag kasian itu. Aku pergi ya, dah Mar, Gre, duluan" Shani akhirnya memesan taxi yang tak lama petugas taxi langsung membantu Shani menaikan kopernya ke bagasi sebelum akhirnya taxi itu melaju meninggalkan bandara.

Sepanjang jalan Shani sibuk menelpon Cindy untuk menanyakan kabar Papanya, ia benar-benar sudah tak sabar untuk melihat kondisi sang Papa. Shani benar-benar khawatir sekarang, karena Papanya adalah satu-satunya orang tua yang Shani miliki sekarang setelah Ibunya meninggal dunia. Maka kabar bahwa Papanya berada di ruang ICU benar-benar membuat Shani terkejut. Beruntung jalanan saat itu tidak terlalu macet, sehingga Shani bisa lebih cepat tiba di Rumah Sakit. Ia langsung menurunkan koper dan berjalan cepat menuju ruangan tempat Papanya berada.

"Mas akhirnya kamu sampai juga" Cindy langsung memeluk Shani, ia benar-benar terlihat lelah sekarang.

"Papa mana Dek?"

"Di dalem Mas, masuk aja" Shani mengangguk dan ia langsung mengikuti Cindy ke ruang ICU, memang hanya keluarga yang diperbolehkan menemui pasien di ruangan ICU dan itupun dengan pembatasan yang ketat.

"Paaah, Mas Shani udah dateng ini" Sang Ayah membuka matanya perlahan dan langsung melirik ke arah Shani.

"Paaaah, Papa kenapa?" Shani langsung membungkuk dan menggenggam tangan Papanya.

"Shani... cari Aya" ucap Papanya dengan nafas tak beraturan karena ventilator saja masih terpasang di hidungnya.

"Iya Pa, nanti Shani cari Aya ya, tapi Papa sembuh ya"

"Papa mau ketemu Aya Shan"

"Iya nanti Shani bawa Aya kesini ya Pah"

"Shan, Papa mau ketemu cucu Papa"

"Chika baru sampai Pah masih jetlag, besok mungkin ya Shani suruh Gracia bawa Chika kesini"

"Cucu Papa yang lain Shani"

"Azizi? Cin Zee udah kesini?" Shani menoleh pada sang adik, ia masih belum paham. Sementara Cindy kini terlihat menyeka air matanya, ia tak sanggup melihat Shani mengetahui hal itu.

"Cucu Papa dari Aya" Shani terdiam, ia benar-benar tak paham maksud ucapan Papanya.

"Maksudnya Pah?"

"Cari Aya Shani, cari Aya" Nafas Papanya semakin terengah dan tak lama grafik di monitor pemantau detak jantuh Ayahnya kembali tak beraturan. Shani masih tak paham maksud ucapan Papanya, ia masih berdiri mematung dengan penuh tanya.

Sweet, Speed and StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang