Delapan Belas - Jatuh Cinta

1.1K 126 98
                                    

Shani kini kembali berlatih bersama kudanya di arena pacu Vijendra Riding School, karena kondisi Virendra yang tidak memungkinkan untuk digunakan bertanding. Maka Shani akhirnya kini menggunakan Nala untuk bertanding nanti, saat-saat latihan seperti ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan bonding bersama Nala. Kuda yang tidak pernah Shani gunakan untuk bertanding, kecelakaan yang dialami oleh Virendra membuat Shani juga enggan menggunakan kuda lainnya. Tapi berkat bujukan maut dari Aya dan segala drama randomnya, akhirnya Shani mau mengganti Virendra dengan Nala.

"Mantap, waktunya makin cepet Shan" Aya mengacungkan jempolnya seraya berteriak dengan toa yang ia gunakan. Entah apa maksudnya Aya menggunakan toa setiap memantau Shani berlatih, ia sudah seperti Tour Guide yang sedang membawa rombongan tour di GWK.

"Hahaha dah gila emang kamu Ay" Shani yang berada di atas kuda kembali tertawa melihat kelakuan Aya yang kini terlihat seperti tour guide dibandingkan managernya. Dengan toa di tangannya, kaca mata hitam dan topi di kepalanya, juga handuk kecil milik Shani yang ia lingkarkan di lehernya. Aya begitu santai duduk bersandar di kursinya sambil melihat Shani berlatih.

"Jangan banyak bicara anda Shani Natio, ayo masih kurang dari target waktu yang anda buat tadi" Aya langsung memasang tampang seriusnya. kembali ia mengatakan itu dengan toa sehingga suaranya menggelegar.

"Biar apa sih woy pake toa? Ga pake juga kedengeran loh"

"Biar rame aja gitu ini tempat, udah buruan mulai lagi"

"Siap Coach" Shani langsung memberi hormat pada Aya dan segera bersiap untuk memacu kudanya mengejar target waktu yang ia buat sendiri.

Shani kembali memacu kudanya dengan skillnya yang memang luar biasa, Aya yang semula duduk kini langsung berdiri melihat skill Shani di atas kuda. Ia menaruh tangannya di pinggang dan menatap Shani dengan penuh kekaguman. Sedari kecil Aya memang suka sekali melihat kuda, ia selalu membayangkan jika seorang pangeran itu berkuda, ia juga suka olah raga berkuda. Tapi kecelakaan itu benar-benar merenggut ingatannya sehingga Aya lupa akan semua itu. Melihat skill Shani seperti itu seolah mentriggers Aya akan apa yang ia sangat sukai dulu, melihat atlet berkuda memacu kudanya di lintasan. Perlahan Aya ingat bagaimana saat kecil Shani selalu berusaha berlatih untuk menjadi atlet berkuda, ia juga tak menyangka jika Shani mengikuti Melbourne Cup hanya untuk bisa bertemu dirinya.

"Mantap Shani!!! Kamu sempurna Shani!! Shaneeeee!!" Aya berteriak sekencang mungkin dengan toanya, ia mengacungkan stop watch pada Shani sebagai kode bahwa Shani sudah mampu mencapai targetnya.

"Berisik woy berisik! Haha" Shani yang merasa puas dengan pencapaiannya langsung turun dari kuda dan memberikan kudanya pada penjaga disana.

"Mantap bisa kan apa aku bilang, si Nala juga pasti bisa"

"Iya ga nyangka aku dia bisa kenceng juga larinya"

"Ya kalo ga dicoba emang ga akan tau lah Shan"

"Iya, makasih loh ya udah minjemin Nala buat bertanding"

"Bayar wey dikira gratis"

"Eh bentar deh, ini kuda yang ngurus dari kecil aja disini, yang beliin si Papa, kenapa kamu minta bayaran pas aku mau pake?"

"Lah katanya kan itu kuda aku, jadi ya bayar"

"Idih tukang palak dasar haha Ay sini deh coba lihat itu siapa?" Shani menarik bahu Aya dan memutar tubuhnya lalu menunjuk seorang anak lelaki yang kini sudah mengenakan seragam Vijendra riding school.

"Hah? Yuda! dia udah beneran ikut sekolah berkuda disini?"

"Iya, aku udah minta izin sama Pak Ruslan kemarin Ay buat jadiin Yuda siswa binaan disini. Ya siapa tau dia berprestasi kan keren nanti ada penerus aku"

Sweet, Speed and StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang