Sejak perbincangan dengan Mira di tempat Pacuan Kuda Mr.Hans, jiwa dan pikiran Shani benar-benar terguncang. Ucapan Mira benar-benar membuat Shani merasa bersalah dan gagal menjadi seorang Ayah. Ia merasa sudah menghancurkan mimpi Mira, ia merasa sudah menggagalkan Mira untuk menjadi juara di Melbourne Cup, kejuaraan yang menjadi mimpi Mira sedari dulu. Akibat perbincangan itu juga, Shani gelisah semalaman. Ia bahkan terbangun beberapa kali hingga Aya harus terus memeluknya agar Shani bisa lebih tenang.
"Kamu tidur lagi aja Mas, badan kamu panas banget" ucap Aya saat mereka baru saja melaksanakan shalat bersama.
"Mira masih ga mau ngomong sama aku ya Ay?"
"Kasih Mira waktu Mas, dia butuh nenangin dirinya pasti. Nanti kita sarapan bareng ya, aku siapin makanan dulu" Aya mengecup kening Shani dan menarik selimut untuk menutupi tubuh suaminya itu.
Bagi Aya, hal ini juga terasa begitu berat, sulit rasanya untuk menjelaskan pada Mira dan kembali meminta Mira untuk mengerti. Selama ini sang anak sudah lebih dari mengerti, ia juga sudah banyak mengalah dalam hidupnya. Maka Aya juga tak bisa menyalahkan sikap Mira saat ini, ia bisa merasakan betapa kecewanya Mira saat mimpinya harus berantakan seperti saat ini.
"Lagi ngapain Nak?" Tanpa Aya sangka Mira ternyata sedang berada di dapur.
"Bikin roti, aku laper ternyata"
"Ya kamu ga makan dari semalem Mir pantes aja laper, mau makan apa? Biar Mami bikinin, kamu ga akan kenyang itu makan roti doang"
"Iya sih Mi masih laper, bikinin apa aja deh terserah Mami"
"Yaudah kamu bangunin si Vio juga tuh biar sarapan bareng, dia ternyata ga pamit sama Ibunya coba Mir hahaha"
"Oh iya? Anak durhaka emang dia, aneh banget ga sih Mi itu orang"
"Heh ga boleh gitu hahaha malem Mami telpon aja Tante Viny biar ga khawatir dan izinin dia nginep, udah malem juga kan gimana mau ke Melbourne"
"Terus kata Tante Viny apa? Kenapa ga disuruh kesini aja Mi Tante Viny biar rame" ini sesungguhnya sangat Mira harapkan agar ia tak memiliki waktu bersama Shani, suasana Rumah yang ramai akan membuat perhatian Shani teralihkan.
"Iya nanti pada kesini dulu kok semuanya, yaudah kamu bangunin dulu Vio"
"Hadeeeeh ok deh" Mira sesungguhnya malas harus membangunkan orang menyebalkan itu, tapi ia tetap melakukannya.
"Badrun, bangun" Mira mulai mengetuk kamar itu.
"Badrun, bangun!" Suaranya terdengar lebih keras saat ia tak mendapatkan jawaban dari Badrun.
"Lu ga jawab gue bom ya kamar lu"
Mendengar kamarnya terus diketuk, Badrun akhirnya membuka pintu kamarnya itu. Ia terlihat menggosok matanya yang masih sulit untuk terbuka sepenuhnya. Jika sudah begini semua akan percaya jika Mira memanglah anak dari Aya, ia bisa tiba-tiba bersikap galak dan berbicara tak jelas saat dirinya sedang kesal.
"Ya Tuhan gue kaya digrebek satpol pp tau ga arrrgh" Badrun yang kesal langsung mengacak wajahnya sendiri hingga Mira mengerutkan keningnya melihat tingkah lelaki itu.
"Disuruh sarapan lu, sarapan dulu"
"Boleh ditunda ga sih? Jadi brunch aja gitu"
"Ga usah so keren, udah buruan cuci muka terus ke meja makan"
"Siap ndoro Amirah Fatin"
Mendengar keributan di luar kamar, Shani akhirnya terbangun dan ia langsung mendapati Badrun dan Mira yang sedang berdiri di depan Kamar. Naluri Shani sebagai Ayah yang galak akhirya terpancing, ia langsung menatap Badrun dengan tajam dan penuh intimidasi. Ia memang tak pernah mengizinkan Mira ataupun Chika untuk dekat-dekat dengan lelaki, pengalaman dan kebodohannya membuat Shani benar-benar protective pada kedua anak gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...