Setelah mendapatkan amukan dari Gracia melalui sambungan telpon kemarin. Shani memilih untuk mematikan ponselnya dan fokus berlatiu bersama kuda-kudanya. Hari ini Shani mengajak kudanya yang lain untuk berlatih Gymkhana.
Gymkhana sesungguhnya permainan berkuda yang biasa dilakukan oleh penunggang remaja. Penunggang akan melewati dan mengitari rintangan dengan kecepatan yang tinggi. Permainan ini selalu mengingatkan Shani pada masa awal-awal ia meniti karir sebagai atlit berkuda. Satu demi satu rintangan dilewati Shani dengan kudanya yang bernama Deandra. Kuda baru berjenis Sendalwood yang berasal dari tanah Sumba. Kuda ini memiliki postur yang lebih kecil dibanding Virendra, kuda berjenis Thoroughbred yang merupakan persilangan antara tiga jenis kuda yaitu kuda betina Inggris, kuda jantan dari Turki serta kuda jantan dari Arab.
Bayangan pertengkaran bersama Gracia terus melintas di pikiran Shani ketika tengah berlatih Gymkhana. Rintangan yang tengah ia lewati itu seolah gambaran tentang hubungan Shani dan Gracia yang seringkali menghadapi rintangan yang disebabkan oleh sikap egois dan arogan mereka.
"Shit" Shani langsung menarik tali kendali dan membuat Deandra berhenti seketika.
"Kecepatan Shan, dia bukan Thoroughbred yang bisa kau pacu sekencang itu" Tegur Papanya, membuat Shani akhirnya berhenti memacu dan turun dari kudanya itu. Ia menarik kudanya dengan lembut dan mengikatnya di tiang, dengan lemhut juga ia mengelus kepala kuda itu dan menciumnya. Shani memang sepertinya bisa lebih lembut pada kuda dibandingkan pada manusia.
"Berapa sih dulu beli kuda ini Pah?" Tanya Shani seraya masuk ke rumah dan meneguk air di gelas.
"Tiga puluh lima jutaan lah"
"What?! Murah amat"
"Ya kuda lokal lah, si Virendra udah ada yang nawar tuh lumayan mahal juga dia sekarang. Dulu beli dia kecil banget"
"Gila ga akan dijual dia Pah, sampe mati"
"Seratus lima puluh milyar loh Bodat, gila kau, banyak kali itu duit kau nanti"
"Gak!"
"Bisa kau minta naik itu harganya Shan"
"Gak Pah, pokoknya engga"
"Hahaha iya lah bodat bercanda saja aku" Papa Shani langsung menepuk pundak anaknya itu.
"Shani"
"Ya kenapa Pah?"
"Kapan kau nikah sama Grace?"
"Gracia"
"Iya, kapan mau nikah?"
"Kapan-kapan lah Pah"
"Nunggu apa lagi sih kau Shan?"
"Nunggu siap lah"
"Siap apanya? Kau kurang duit?"
"Engga, bukan masalah itu Pah, financial aman"
"Lalu apa?"
"Belum siap aja"
"Kasian lah anak orang itu kau pacari terus tapi tak kau nikahi Shani"
Shani tak menjawab, ia hanya memainkan makanan dari mangkuknya itu. Shani dan Gracia memang hampir tak pernah membicarakan tentang pernikahan meskipun hubungan mereka sudah berlangsung lama.
"Adikmu nanti nikah duluan loh"
"Ya gapapa nikah aja lah, gausah nunggu aku"
"Hah yasudah lah percuma aku ngomong sama batu kek gini" sang Papa langsung beranjak meninggalkan Shani sendiri. Berbicara dengan Shani memang hanya membuatnya emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...