Badrun tersenyum ketika melihat pengumuman bahwa ia diterima di salah satu perguruan tinggi negeri dengan jurusan seni musik. Jelas bermusik adalah hobi sekaligus cita-citanya selama ini. Sejak kecil Badrun memang sudah tertarik pada dunia musik, namun Boby sebagai Papanya selalu mengarahkan Badrun untuk konsentrasi menjadi seorang dokter yang jelas bukan minatnya sama sekali.
"Maaaaah, Mamaaaa" Badrun lari keluar kamar dan langsung menunjukan pengumuman itu.
"Kenapa Bang?"
"Abang keterima Mah jurusan seni musik" Badrun benar-benar terlihat bahagia, namun tak lama Boby yang sedang berada di ruang kerjanya langsung keluar.
"Kenapa bisa kamu keterima seni musik? Memangnya kamu kemarin daftar apa?"
"Seni musik, Pah"
"Drun kenapa bisa? Papa udah bilang kan kamu ambil FK Drun. Ambil FK UI biar kaya Mama kamu"
"Saya kan udah bilang Pah, saya ga suka"
"Drun ini tuh buat masa depan kamu, masalahnya bukan suka atau ga suka lagi"
"Ya memangnya kalau saya disini ga punya masa depan Pah?"
"Kamu ini dibilangin ngeyel terus Drun, udah ga usah diambil itu. Kamu nanti ikut test lagi FK, ambil kampus swasta aja gapapa"
"Pah kenapa sih harus maksain kaya gini?"
"Drun Papa itu cuman mau yang terbaik buat..."
"Buat Papa kan? Semuanya emang yang terpenting itu terbaik buat Papa! Semuanya kaya gitu Pa!"
"Badrun"
"Mas Boby, udahlah" Viny mencoba menenangkan Boby yang terlihat emosi.
"Terserah Papa lah, aku pergi" Badrun langsung menuju kamar dan tak lama ia kembali keluar dengan membawa ranselnya.
"Abang mau kemana Bang?" Viny langsung mengikuti Fadrun.
"Bang, mau kemana? Ga baik loh pergi lagi marah kaya gitu"
"Aku pergi dulu Mah, assallamualaikum" Badrun langsung masuk ke dalam mobilnya dan berangkat begitu saja. Mengabaikan Viny yang masih berdiri di balik gerbang rumahnya.
Badrun dan Boby semakin lama memang semakin sering beradu ego. Keduanya seolah tak ingin mengalah satu sama lain, masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Badrun juga kini bukan lagi anak kecil yang bisa diatur oleh orang tuanya, ia punya pilihan sendiri untuk masa depannya.
Tujuan Badrun kali ini adalah rumah sahabatnya sendiri, Azizi. Memang hanya Azizi yang bisa mendengarkan keluh kesah Badrun meskipun terkadang jawaban Azizi sering memancing emosi. Tapi setidaknya Azizi masih mau menjadi sahabatnya.
"Kenapa sih lu Drun?" Azizi yang sudah menggendong ranselnya langsung masuk ke mobil Badrun.
"Suntuk gue di rumah males"
"Bukannya seneng lo keterima jurusan seni musik?"
"Jangan bahas itu lah, males gue"
"Bokap lo ya pasti?"
"Ya gitu lah, ini kita lewat mana ke Bogornya?"
"Masuk tol Jagorawi aja biasa, lo emang belum pernah ya ke rumah Eyang gue?"
"Belum pernah"
"Si Chika ga pernah ngajak lo kesana emang?"
"Belum, dia kan ga boleh pacaran sama bokapnya gila lo gimana dah. Bokapnya tinggal disana kan?"
"Iya emang ga boleh pacaran mereka, si Om Shani posesif sama anak-anaknya"
"Hah? Anak-anaknya? Emang anak Om lu ada berapa? Bukannya cuman Chika doang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...