Sembilan - Jenuh

943 118 47
                                    

Pagi sekali Shani sudah berada di Rumah Gracia, setelah sebulan menghilang tanpa kabar kini ia seolah terkena boomerangnya sendiri. Rasa rindunya pada Gracia benar-benar tak bisa dikontrol.

"Morning Baby" Shani langsung memeluk Gracia yang tengah berolah raga.

"Eh astaga kaget, ko udah disini aja sih?"

"Kangen hehe"

"Idih tumben banget niat pagi-pagi kesini"

"Aku bawain sarapan nih, makan yuk Beb"

"Aku lagi diet loh Shan"

"Yaaaaaaah aku udah beli gimana dong?"

"Buat si Bibi aja ya?"

"Kamu beneran ga mau nemenin aku makan?"

"Ya aku temenin tapi ga makan"

"Aku udah beliin buat kamu loh Gre"

"Ya kamu ga nanya dulu Shan"

Shani akhirnya terdiam dan langsung menyimpan makanan yang ia bawa di atas meja makan. Ada kekecewaan di wajahnya yang tak bisa disembunyikan. Tapi ia juga pasrah meraih piring dan membuka sebungkus ketoprak yang sudah ia beli. Gracia menarik kursi yang bersebrangan dengan Shani, membuat Shani refleks menoleh dan menatap Gracia. Biasanya perempuan itu akan duduk di samping Shani dan meminta Shani menyuapinya, juga tangannya langsung bergerak cepat memainkan ponsel Shani dan mengecek semua chat Shani untuk memastikan Shani tak berbuat macam-macam. Tapi hari ini Gracia terlihat tenang duduk di sebrang Shani sambil menikmati jus yang disiapkan oleh si bibi.

"Gre"

"Hemm?" Gracia menanggapi, tapi matanya masih tertuju pada ponsel di tangannya.

"Mau ga? Ketoprak Ciragil loh ini Gre"

"Engga Shan, aku minum jus ini aja kalo pagi"

"Beneran ga mau? Aku suapin sini"

"Nooooo, abisin aja kamu tuh makan yang banyak kurusan banget pulang dari Melbourne" Gracia langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Kamu mau kemana Gre?"

"Mandi dulu, gerah"

Shani benar-benar bingung dengan sikap Gracia yang semakin hari semakin terlihat cuek, benar-benar berbeda dari Gracia yang ia kenal. Gracia yang selalu manja, penuh curiga, posesif, itu lah Gracia yang Shani kenal selama ini.

Selesai menghabiskan makanannya, Shani langsung berjalan menuju kamar Gracia. Seperti biasanya ia tak perlu mengetuk pintu ketika masuk ke kamar itu, Shani bisa masuk kapanpun ia mau tanpa harus permisi.

"Sayaaaaaang"

"Shaaaaaan astga kenapa ga ketuk pintu dulu sih?" Gracia yang baru selesai mandi dan tengah memakai baju langsung menutup kembali tubuhnya dengan handuk.

Shani terdiam mematung di depan pintu dengan wajah bingungnya, sejak kapan ia harus mengetuk pintu ketika masuk ke kamar kekasihnya itu. Sejak kapan juga Gracia terkejut ketika Shani melihat dirinya hanya mengenakan dalaman, toh Shani sudah terbiasa melihat itu semua.

"Kenapa Gre? Ko kaget?"

"Ya kaget lah kamu tiba-tiba dateng, ketuk dulu kek kalo mau masuk kan aku lagi pake baju" Gracia benar-benar menunjukan wajah tidak sukanya. Ia langsung meraih baju di lemari dan kembali ke kamar mandi.

Shani semakin bingung dengan sikap Gracia, ia akhirnya memilih merebahkan tubuhnya di kasur Gracia. Sesungguhnya ia masih lelah karena setelah pulang dari Melbourne Shani benar-benar tak berisitrahat, ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang tertunda karena dia menghilang selama satu bulan.

Sweet, Speed and StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang