Sore ini Badrun sudah kembali duduk di taman baca milik Mira. Sedari tadi ia terus menerus membidik Mira dengan kameranya, entah kenapa Badrun kini merasa benar-benar betah berada di Bogor. Tanpa menyalakan ponselnya sama sekali, tanpa perlu komunikasi dengan orang lain, ia hanya menikmati semua kegiatannya di tempat ini. Melihat Mira mengajar anak-anak, melihat tawa Mira, seolah menjadi obat bagi kekesalan Badrun terhadap Ayahnya sendiri.
"Badrun, katanya mau ngajarin mereka main gitar?"
"Eh? Engga kapan gue bilang?"
"Ayo buruan ajarin lah, nih udah ada gitarnya"
"Yah gitarnya cuman ada satu susah lah ngajarinnya"
"Yaudah kamu main gitar aja deh kita nyanyi nyanyi"
"Yaudah boleh deh, sini" Badrun akhirnya meraih gitar itu dan langsung memainkan sebuah lagu.
Anak-anak langsung berpindah tempat, mereka mengerubuni Badrun sambil bernyanyi. Bahkan beberapa diantara mereka terlihat asik menarik. Mira tersenyum melihatnya, ia senang jika ada orang lain yang membantu dia membuat anak-anak ini bahagia. Karena bagi Mira kebahagiaan benar-benar mahal bagi mereka, sehingga sekecil inipun akan sangat mereka syukuri.
"Makasih ya"
"Kenape?"
"Makasih aja udah ngehibur anak-anak tadi" ucap Mira ketika hanya tinggal mereka berdua yang ada disana.
"Oh iya sama-sama, seru juga main sama mereka ya ternyata"
"Emang, banget sih. Main sama mereka itu hiburan sekaligus bikin kita makin bersyukur sama hidup tau"
"Oh ya?"
"Iya lah, mereka ga banyak ngeluh meskipun harus hidup susah. Justru dengan kaya gitu, mereka bisa lebih mudah bersyukur. Kaya every little thing yang buat mereka bahagia ya mereka syukuri"
"Iya sih bener, kita-kita malah susah kayanya ya buat bersyukur"
"Ya karena kita kebiasaan enak hidupnya, jadi ga bisa peka sama hal-hal kecil"
"Mira"
"Hemm?" Mira yang sedang membereskan buku langsung menoleh.
"Gue masih aneh deh, kenapa lo bisa sepinter ini dan bahasa inggris lo saat debat juga keren banget. Padahal sekolah lo kan..."
"Biasa aja? Hahahaha emangnya ga boleh ya anak sekolah negeri bisa punya pemikiran dan wawasan kaya gitu"
"Engga engga maksudnya ga gitu Mir, gue salut aja loh lo bisa kaya gitu"
"Kalo bisa bahasa inggris ya karena dari kecil itu bahasa yang gue pake di sekolah dulu haha"
"Loh emang lo sekolah dimana sih dulu?"
"Sydney"
"Hah? Ini serius apa becanda nih?"
"Loh ya serius lah, ga percayaan banget ya ampun. Bentar nih ada buktinya"
"Nih" Mira memperlihatkan fotonya bersama Aya ketika ia bersekolah di elementary schoolnya di Sydney.
"Udah percaya sekarang?"
"Lah iya beneran lo sekolah di Sydney, ko bisa pindah ke Bogor tiba-tiba sih?"
"Karena Daddy gue yang minta, sebagai anak gue nurut aja lah" Badrun langsung menelan ludah mendengar ucapan Mira, seolah menjadi tamparan bagi dirinya yang malah bertengkar dengan sang Ayah.
"Mir gue sebenernya penasaran sesuatu, tapi ga enak nanyanya"
"Tanya lah gapapa, kenapa?"
"Ga jadi deng"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...