Semenjak Shani bertemu Mira dan juga Aya, kehidupan Shani benar-benar berubah. Ia menjadi lebih ceria dan penuh semangat menjalani hari-harinya. Shani sadar, meskipun membuat Aya kembali tidaklah mudah. Tapi sikap Aya yang semakin lama semakin terbuka menjadi alasan terbesar Shani untuk terus berjuang. Bahkan Shani masih bertahan berjuang hingga bertahun-tahun.
Hari ini tepat tiga tahun berlalu sejak pertemuan kembali Shani dan Aya setelah terpisah cukup lama. Tiga tahun yang lalu Shani benar-benar dibuat lemah ketika kembali melihat Aya dan menyadari bahwa Mira adalah Ayahnya. Tapi selama tiga tahun itu juga Shani dekat dengan Mira hanya sebagai seorang pamannya, Mira masih belum tau jika Shani adalah Ayahnya. Bahkan kini usia Mira sudah 12 Tahun, usia yang cukup untuk memahami suatu kondisi yanh terjadi.
"Shan, Aya masih ga mau dibawa kesini?" Tanya sang Papa yang sedang menemani Shani menyiapkan Nala untuk kejuaraan Melbourne Cup.
"Belum Pah, Shani juga coba terus ko bujuk Aya tapi mungkin Aya belum siap"
"Kamu juga kenapa ga mau ajak Papa ke Sydney?"
"Belum saatnya Pah, biar kasih Aya waktu dulu sampai siap"
"Papa sudah tua lah bodat lihat, Papa mau lah itu ketemu cucu Papa"
"Iya Pah, sabar ya Shani usahain terus ko. Sekarang juga Shani tiga bulan sekali kan kesana terus"
"Ya memang harus lah itu, kau harus tanggung jawab sama anakmu, macam-macam ku tempeleng juga kau Shan"
"Iya siap Pah, nanti Shani juga coba ajak Aya buat dateng ke Melbourne Cup, semoga mau ya Pah"
"Bagus lah itu, nanti kita datang semua kesana"
"Siap Pah, yaudah Shani mau latihan dulu" Shani langsung naik ke atas kudanya.
"Ya sudah latihan lah sana kau Shan, jangan buat aku malu lah nanti" Natio akhirnya kembali ke rumahnya dan meninggalkan Shani berlatih sendiri.
Shani kini mulai memacu kudanya, namun ia kini teringat Virendra, kuda kesayangannya yang kini sudah tiada. Tapi setidaknya Nala juga mampu menggantikan Virendra dan selalu mengingatkan Aya pada Nala.
"Nala, ga mau bantu gue lagi apa lu Nal? Suruh balik kesini apa Nal pemilik lu"
Mungkin Shani sudah gila sekarang, bahkan ia saja meminta tolong pada kudanya sendiri. Tapi cinta memang selalu melumpuhkan nalar seseorang bukan?
Selesai berlatih, Shani langsung menelpon Aya dan mengabari Aya tentang kejuaraan yang akan dilaksanakan di Melbourne itu.
"Hallo Ay"
"Iya Shan, kenapa?"
"Lagi dimana?"
"Di rumah ini baru pulang dan jemput Mira"
"Oh syukur deh, Aya aku nanti dua minggu lagi kan kejuaran Melbourne Cup. Kamu bisa dateng ga ajak Mira? Ya aku pengen aja gitu kamu sama Mira nonton nanti"
"Emmmh gimana ya"
"Ya sekalian rayain ulang tahun Mira lah nanti tanggal 12 Oktober"
"Yaudah aku nanti tanya Mira deh ya"
"Ok kabarin aku ya Aya nanti aku beliin tiketnya, Mira mana?"
"Lagi shalat Shan"
"Oh yaudah deh, yaudah ditunggu ya Aya kabarnya. Assallamualaikum"
"Waallaikumsalam Shan"
Shani mematikan ponselnya, entah kenapa ia percaya jika Aya memang akan kembali padanya. Meskipun waktu sudah berjalan tiga tahun dan Shani nyatanya masih belum bisa membuat Aya luluh dan kembali ke pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...