SATU - SPEED

7K 236 56
                                    

Kedua kaki Shani terlihat rapat dan ketat ketubuh kuda, serta kedua pahanya terlihat powerful dibawah pelana sampai-sampai pantatnya terangkat melayang ketika kuda lari cepat, suara kaki kuda terdengar berbunyi dua ketukan panjang. Shani memegang erat tali kendali dengan kedua tangannya, menyesuaikan dengan irama kepala kuda maju dan mundur.

"Ayo lebih cepet lagi Shani, masih lambat kamu" teriak seseorang yang berdiri di tengah-tengah lapangan. Matanya sedari tadi mengikuti arah kuda yang berlari mengelilinginya.

Shani yang masih berusia 10 tahun saat itu kembali menarik tali kendalinya, membuat kuda semakin cepat berlari hingga hilang kendali.

"Argh!" Shani berteriak ketika ia terjatuh dari kudanya sendiri.

"Shan, gapapa?"

"Sakit Pah sedikit" Shani mengelus lututnya.

"Yaudah istriahat dulu sana" Shani mengangguk dan berjalan ke tempat istirahat, disana seorang anak perempuan seusia Shani terlihat puas menertawakan Shani yang tadi terjatuh.

"Kenapa kamu ketawa?" tanya Shani ketus ketika mendengar suara perempuan itu cukup keras.

"Kamu lucu pas tadi jatoh dari kuda haha" Shani hanya melirik tajam anak perempuan itu, tapi tak lama anak perempuan itu langsung memberikan air minum untuk Shani.

"Buat aku?"

"Iya"

"Kamu ini kenapa sih selalu datang kesini?"

"Rumahku deket dari sini, aku seneng liatin kuda" Shani hanya mengangguk dan duduk di samping perempuan itu. Ia meneguk air minum yang tadi diberikan perempuan itu padanya.

Anak perempuan yang benar-benar pecicilan dan terlihat begitu ceria, berbeda dengan Shani yang terlihat jutek dan malas berbicara bersama orang baru.

"Aduuuuh" perempuan itu tiba-tiba terjungkal ketika seekor anak kuda menyepaknya, Shani yang tengah duduk sontak tertawa. Begitupun Papa Shani yang tengah berada disana langsung membangunkan anak perempuan itu.

"Sakit ya? Sini sini" Papa Shani menggendong anak itu dan mendudukannya di samping Shani. Ia memeriksa kondisi anak itu dan beruntung tak ada luka sama sekali.

"Hahaha lagian ekor kudanya ditarik" Shani terlihat tertawa puas, padahal Shani termasuk jarang bisa tertawa seperti itu.

Sejak saat itu, Shani dan anak itu menjadi teman dekat. Setiap kali Shani berlatih bersama kudanya, maka anak perempuan itu juga sudah siap berada di kursi tunggu untuk menyaksikan Shani berlatih. Anak perempuan itu bernama Aya, ia yang kemudian menjadi teman bagi Shani.

Aya adalah perempuan yang sangat ceria, ia mampu mengimbangi sifat Shani yang pendiam dan terlihat jutek di mata orang lain. Ia juga biasa menemani Shani menikmati cup cake di kedai yang dekat dengan tempat Shani berlatih. Cup cake yang kemudian menjadi makanan favorit mereka berdua. Seperti sore ini, selesai berkuda Shani dan Aya langsung mengunjungi kedai itu.

"Shani, nanti kamu kalo lomba bakalan ketemu Jorge Ricardo ga?" tanya Aya sambil menyantap cup cake nya.

"Ya engga lah, dia kan udah Bapak-Bapak aku masih kecil"

"Oh iya ya" Aya langsung menepuk dahinya sendiri, padahal di tangannya ia tengah memegang cup cake sehingga cream dari cake itu mengenai dahinya. Membuat Shani langsung tertawa melihatnya, Aya dengan semua kelakuan ajaibnya memang menjadi hiburan bagi Shani yang memang hidupnya hanya berisi belajar dan latihan berkuda.

Tapi semuanya berubah ketika Aya dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke luar Negeri dan membuat mereka berdua terpaksa harus berpisah. Aya menangis ketika mobilnya melaju meninggalkan Shani yang masih berdiri mematung di depan rumah yang sekaligus menjadi riding club itu. Shani memang sulit untuk menangis, tapi melihat Aya menangis sambil melambaikan tangannya di balik kaca mobil membuat mata Shani berkaca-kaca.

Sweet, Speed and StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang