Viny menyandarkan tubuhnya ke kursi lalu menoleh pada jam dinding yang ada di kamarnya itu, tubuhnya cukup lelah setelah seharian praktik di Rumah Sakit. Menjalani hari-hari menjadi seorang Residen benar-benar menguras energi Viny, tubuhnya yang kurus terlihat ringkih ketika sedang lelah seperti ini.
"Ibu lemes banget Bu kayanya" goda Nadila yang saat itu ikut pulang ke Rumah Viny.
"Banget Nad asli pasien banyak banget hari ini"
"Sama Vin, di Rehabilitasi Medik juga banyak banget pasiennya"
"Jelas lah disana lebih banyak, untung gue ga jadi ambil rehab medik ya haha"
"Tau kenapa sih ga jadi ambil rehab medik? padahal kan disana lo bisa sekalian flashback gitu"
"Flashback apa?" Viny langsung menoleh ke arah Nadila.
"Flashback kenangan bersama si doi haha"
"Shani maksud lo?"
"Iya lah siapa lagi mantan lo kan cuman Shani sampe sekarang lo ga punya pacar, susah move on ya?"
"Justru gue trauma, Sayang. Bukan susah move on"
"Apa sih Vin yang bikin lo trauma dari dia?"
"You think? Setelah gue ceritain kenapa gue putus sama dia lo ga mikir kenapa gue bisa trauma?"
"Cuman karena lo nolak dicium dia kan?"
"Hemm bukan itu doang sebenernya, Nad"
"Terus apa? Lo ga mau cerita?"
"Buat apa?"
"Ya kalo lo bilang lo trauma lo harus sharing Vin, biar orang bisa bantu lo. Gue emang ga ambil spesialis kejiwaan, tapi setidaknya gue bisa paham lah"
"Hemmm gue bingung mau cerita darimana Nad, hubungan gue sama dia itu sebenernya baik-baik aja dulu, kalo ditanya gue dulu pernah bahagia atau engga sama dia, jelas pernah. Dia salah satu orang yang banyak jasanya buat kebahagiaan gue dulu. Tapi kalo gue disuruh ngulang lagi ke waktu itu, waktu pertama gue kenala dia, gue mungkin bakal milih buat ngehindar dari dia"
"Kayanya moment pertama kali lo ketemu dia itu kaya kebetulan banget ga sih Vin?"
"Iya" Viny mengangguk dan ingatannya langsung terbawa pada beberapa tahun lalu.
25 September 2016
Pagi itu Viny sudah siap-siap berjaga di arena pertandingan berkuda pada perhelatan olahraga akbar Nasional yaitu PON ke XIX yang dilaksanakan di PON XIX di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud), Parongpong, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar. Viny sudah berada di tempat ini sejak tanggal 19 September. Ia memang ditugaskan untuk menjadi dokter yang berjaga di kegiatan olahraga ini.
Tangan Viny terlipat di dada menyaksikan kuda-kuda yang tengah bersiap mengikuti pertandingan final hari ini. Kuda-kuda itu tampak gagah begitu pula para penunggang yang gagah dengan saragamnya. Namun ada satu peserta yang menjadi idola saat ini, siapa lagi kalau bukan Shani Vijendra Natio. Atlet dunia yang akhirnya memutuskan untuk ikut serta dalam olahraga Nasional. Itupun karena ia dibujuk habis-habisan oleh Papanya dan juga team. Hingga akhirnya ia mengalah untuk menyetujui ikut serta dalam PON, namun ia memilih mengikuti lomba lompat rintang, bukan pacuan seperti yang biasa ia ikuti.
"Shan, udah cukup dulu latihanmya lo simpen tenaga buat pertandingan"
"Santai Mar"
"Batu banget ya lo dibilangin kenapa"
"Bentar lagi elah santai santai" Shani tak memperdulikan peringatan Mario, ia terus berlatih dengan kudanya.
Shani dengan segala prestasinya memang menjdikan dirinya sedikit angkuh. Keangkuhan yang akhirnya diwajarkan karena ya mau bagaimana lagi, Shani memang pantas untuk menyombongkan semua prestasinya. Di usianya yang saat itu baru menginjak 21 Tahun, ia sudah memiliki prestasi luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...