Setelah berdiskusi panjang lebar dengan kedua belah keluarga dan keduanya sama-sama ingin mempertahankan agamanya dan tak setuju untuk menikah dengan prosesi salah satu agama, Shani dan Gracia akhirnya memilih untuk menikah di Melbourne, Australia. Tasya dengan cepat mengurus pernikahan yang harus dilaksanakan sesegera mungkin itu, karena mereka tak ingin usia kandungan Gracia terus betambah sementara pernikahan belum juga dilaksanakan.
"Shan, mau dibeliin tiket sekalian ga?"
"Ga usah Tas, gue berangkat sendiri aja nanti. Kita ketemu disana langsung aja"
"Seriusan?"
"Tas, gue ga akan kabur. Gue pergi sama Jinan dan Cindy juga ko"
"Bokap lo gimana?" Shani menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Tasya.
"Bokap ga ikut"
"Bokap lo masih marah?"
"Ya gitu lah, yaudah lo berangkat aja sama yang lain gue juga berangkat. Hotelnya kita samaan ko"
"Ok sip kalo gitu aman semua ya"
"Aman" Shani mengangguk.
Hubungan dengan Papanya kini memang mengalami kerenggangan, Papa Shani marah besar saat mengetahui Shani menghamili Gracia. Bahkan satu pukulan mendarat di wajah Shani, pukulan dan tamparan pertama yang Shani dapatkan dari Ayahnya selama ia hidup. Pertengkaran ini juga merupakan pertengkaran Shani dan Papanya seumur hidupnya. Maka hanya Jinan dan Cindy lah yang nanti akan menemani di hari pernikahan Shani dengan Gracia.
Sementara Aya juga akhirnya memilih untuk kembali ke Australia setelah semua kekacauan yang ia alami di Indonesia. Mungkin kini Aya benar-benar mengutuk negara kelahirannya ini, entah alasan apa lagi ke depannya yang mampu membuat dia kembali ke Negara ini. Yang jelas saat ini Aya benar-benar tak pernah ingin lagi kembali ke Indonesia, semuanya terlalu memuakan untuknya. Maka keputusan untuk kembali ke Ausi ia anggap adalah langkah paling tepat, meskipun sesungguhnya ia merasakan ketakutan yang teramat besar untuk menyampaikan berita buruk ini pada orang tuanya. Namun Aya juga tak mungkin selamanya menghindar dan menyembunyikan hal ini dari orang tuanya, maka hari ini setibanya di rumah Aya langsung meminta waktu berbicara dengan orang tuanya.
"Ada apa Sayang?" Ayah Aya akhirnya membuka obrolan setelah sedari tadi Aya hanya terdiam dan terlihat gugup.
"Emmmh Ayah, Ibu, mau ada yang Aya sampein sekarang"
"Kenapa? Ngomong lah Nak" Aya memejamkan matanya, tangannya mengepal. Ia benar-benar takut sekarang.
"Ayah, Ibu, Aya minta maaf sebelumnya kalo Aya bikin Ayah sama Ibu kecewa. Aya tau ini semua salah dan Aya bener-bener nyesel" Air mata mulai turun dari mata Aya dan mengalir di pipinya.
"Loh kenapa Nak? Ko nangis?" Ibu langsung berpindah duduk menjadi di samping Aya dan langsung memeluk anaknya itu.
"Bu, maafin Aya"
"Iya maafin kenapa? Ada apa?"
"Aya.....hamil" Suara Aya bergetar, terdengar pelan namun bagi orang tuanya itu seperti petir yang menyambar keras. Ayah Aya bahkan sampai benar-benar terkejut dan marah besar.
"Anak kurang ajar!" Ayah Aya untuk pertama kalinya menampar anak semata wayangnya itu, membuat tangis Aya pecah dan Ibu Aya berusaha melindungi anaknya dari kemarahan suaminya itu.
"Maafin Aya, Ayah"
"Aya, Ayah didik kamu sedari kecil untuk jadi anak baik Aya, Ayah selalu lindungi kamu, Ayah selalu berdoa setiap hari agar kamu jadi orang yang baik sampai kapanpun. Apa yang kamu lakuin sekarang benar-benar kelewatan Aya, kamu sama aja kaya bunuh Ayah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...