Aya benar-benar terpaku ketika melihat Shani kini ada di hadapannya. Nafasnya benar-benar terlihat tak beraturan, ia tak habis pikir kenapa bisa Shani saat ini datang bersama Mira. Bahkan mereka saling bergandengan tangan seolah keduanya sudah benar-benar akrab. Rasanya kepala Aya benar-benar hampir pecah sekarang.
Sementara itu Shani juga sama-sama terpaku, perasaannya campur aduk. Ia bahagia ketika bisa melihat Aya kembali setelah sekian lama ia mencarinya. Tapi yang membuat Shani sedih adalah setelah ia sadar bahwa anak yang ia genggam tangannya sekarang adalah anaknya yang telah ia sia-siakan selama ini.
"Aya" ucap Shani dengan suaranya yang bergetar, namun Aya sama sekali tak menjawab.
"Uncle tau nama Mami aku?" Pertanyaan Mira semakin memperjelas bahwa Aya adalah Ibunya, yang artinya Mira adalah anak yang Shani cari sekarang.
Kaki Shani benar-benar lemas, ia bahkan tak mampu menahan tubuhnya sendiri sekarang. Shani benar-benar tersungkur dan kini dengan posisi berlutut ia menatap Mira yang nampak bingung melihat Shani menitikan air matanya. Namun ketika Shani akan memeluk Mira, tangan Aya dengan cepat menarik Mira ke dalam pelukannya.
"Kita pulang sekarang Nak"
"Mami kenapa? Ini Uncle yang waktu itu ngobatin aku"
"Udah ya kita pulang Nak"
"Aya bentar dulu Ay" Shani bangkit dan berusaha menyusul langkah kaki Aya yang sudah berjalan seraya menuntun Mira.
"Aya sebentar dulu"
"Mami kasian Unclenya Mami" Mira berusaha menarik Aya agar berhenti melangkah, sementara tangan satunya berusaha meraih tangan Shani.
"Uncle...."
"Aya benter dulu Ay sebentar aja" Shani akhirnya langsung menyusul langkah kaki Aya dan menahan Aya untuk berhenti berjalan.
"Minggir"
"Aya bentar dulu"
"Tolong minggir"
"Ay"
"Mami jangan gitu sama Uncle"
"Mira sini, kita harus pulang" Aya langsung menggendong Mira dan sedikit mendorong Shani agar tak menghalangi jalannya.
"Aya please Aya aku mau kita ngobrol dulu"
"Ga ada yang perlu kita obrolin"
"Jelas ada Ay" Shani masih terus mengikuti langkah kaki Aya, sementara Aya semakin mempercepat langkahnya. Jarak Kindergarten tempat Aya mengajar memang tak jauh dari Rumah Aya, sehingga tak butuh waktu lama Aya sudah berada di depan rumah.
"Tolong minggir, apaan sih kamu ini?" Wajah Aya benar-benar tak bersahabat ketika Shani berusaha menghadangnya yang akan masuk ke rumah.
"Aku mau kita ngobrol sebentar Aya"
"Ga perlu Shani, ga perlu ada yang kita omongin lagi"
"Jelas ada Aya, kita harus obrolin tentang Mira. Mira anak..." belum sempat Shani mengatakannya Aya langsung mendorong tubuh Shani dengan cukup keras hingga Shani hampir terjatuh.
"Mira masuk dulu Sayang" Aya langsung menurunkan Mira dari pangkuannya dan memasukan Mira ke dalam rumah lalu menguncinya.
"Mamiiiii buka" Mira terdengar berteriak dari dalam rumahnya.
"Aya, kenapa kamu kunciin Mira kaya gitu?"
"Bukan urusan kamu dan kamu untuk apa dateng kesini? Hah?"
"Jelas urusan aku Ay, Mira itu anak aku kan?"
Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Shani. Tapi setelahnya Aya langsung memejamkan mata dan mengepalkan tangannya seolah merasa berdosa telah menampar Shani. Padahal rasanya sangat wajar jika Aya melakukan hal itu pada Shani, toh Shani sendiri hanya diam tanpa perlawanan. Ia seolah sudah tau bahwa ia pantas mendapatkan itu dari Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet, Speed and Star
FanfictionTulisan ini menceritakan tentang bertemunya seseorang yang sangat mengutamakan kecepatan, posisi, dan pencapaian dengan sesorang bintang yang selalu mengharapkan popularitas, ketenaran dan pengakuan. Pertemuan yang akhirnya menjadi sebuah titik jen...