Setelah pulang dari masjid, Afgan memasuki ruangan Lastri ia duduk di kursi sang mami. Tidak luas memang, tapi cukuplah untuk di pakai bersantai.
Terlihat si cantik Mawar tengah duduk lesehan di lantai, seraya fokus mencoret kertas di hadapannya. Sedangkan ibunya, tengah melaksanakan sholat Dzuhur di dalam ruangan itu.
"De, nggak sholat?" tanya Afgan.
Bocah itu menggeleng. "Dede nggak tau bacaannya, tadi Dede juga cuma ngikutin gelakannya Tante mami doang."
Afgan mengangguk, tersenyum saat bocah itu menjawabnya dengan sangat pelan.
"Kenapa ngomongnya pelan?" tanya Afgan, ikut menurunkan volume suaranya.
Mawar menatap Afgan. "Kata Tante mami, kalo ada olang yang lagi sholat Dede jangan belisik. Makannya tadi Dede cuma colet-colet keltas ini aja," jawabnya masih berbisik.
Afgan kembali menatap sang mami, yang selesai sholatnya. Pemuda itu melangkah mendekati sang ibu, mencium kening sang mami. Seperti biasa.
"Gan, nanti ke pasar ya. Bahan-bahan abis."
Afgan mengangguk. "Sama mami?"
"Iya."
"Dede ikut!"
Lastri tersenyum lembut, mengacak gemas rambut si kecil yang memeluk kakinya. "Oke, boleh!"
Terlihat Mawar meloncat girang. "Yeay! Ke mall!"
"Ke pasar de, bukan ke emol!" teriak Lastri, saat Mawar sudah berlari meninggalkannya hendak keluar ruangan.
Mendengar teriakkan sang nenek, gadis kecil itu melemaskan bahunya. Jalannya terlihat sempoyongan, tak lupa bibirnya mengerucut kesal.
"Pasal mulu ih nenek mah," monolog si kecil, sebal.
Afgan terkekeh. "Kali-kali de, biar ngerasain hidup sederhana!"
•••
"Aduhh papa, ini panas banget. Dede nggak suka," rengek Mawar yang berada di gendongan Afgan.
"Ihh jalannya becek ih, liat tuh ... sendal nenek sama papa jadi kotol."
Kedua orang dewasa itu memutar bola matanya malas mendengar segala keluhan si kecil, mulai dari masuk pasar sampai saat ini, gadis kecil itu terus saja berceloteh membuat mereka jengah.
Afgan membenarkan posisi Mawar yang berada di gendongannya, sedangkan tangan mungil itu memeluk leher Afgan sambil sesekali mencium pipi pemuda itu. Membuat Afgan sedikit risih.
"Genit lu! Masih kecil juga," celetuk Afgan, saat Mawar kembali mencium pipinya.
Gadis kecil itu terkekeh. "Pipi papa om ada kelas-kelasnya, nih ini nih," ucap Mawar menunjuk rahang Afgan yang terlihat tegas.
Afgan mendelik, langkahnya kembali mengikuti sang ibu yang berjalan di depannya.
"Ihh ikannya lucu!" seru si kecil, menunjuk bak ikan yang baru saja mereka lewati.
Gadis kecil itu berdecak kagum. "Woah, pohon belinginnya bagus. Kecil," ucapnya.
Lastri melihat arah mata Mawar, wanita itu menggelengkan kepalanya di sertai senyum keibuannya.
"Itu namanya brokoli de," jawab Lastri, berjalan menuju stan sayuran itu.
Mawar mengangguk paham. "Beli itu ya Tante mami? Mau Dede jadiin hiasan," katanya.
Afgan berdecak. "Buset, brokoli buat di makan de, bukan jadi pajangan."
"Lucu tau pa, sayang kalo di makan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]
Teen Fiction"Papa, Dede lapel." Mata Afgan membola! Heh, apa tadi? Papa? "Heh bocah! Gue bukan bapak lu!" ••• "Afgan janji, akan mencari pahlawan pengganti untuk jagain Mami." ••• Ini tentang Afg...