[26] Si malang

7.7K 1.5K 310
                                    

Heyo! Sebelum baca, isi dulu ini yuk!

1. Kesan kalian baca cerita papa Afgan?

2. Tau cerita ini dari mana?

3. Sad end or happy end?

4. Up cepet, atau up nya lama?

5. Udah, segitu dulu. Kapan-kapan, ada pertanyaan lagi mau?

Happy reading!


Gadis kecil berambut panjang itu, tengah memainkan benda apapun itu di depannya. Ia bisa melihat dari cermin di depannya, saat sang nenek sibuk menggosok-gosok handuk kecil di kepalanya, guna mengeringkan rambutnya yang basah. Sedangkan ia, duduk di kursi meja rias khusus miliknya. Di meja itu, ada beberapa bedak, minyak telon, serta crem wajah khusus anak kecil dan beberapa macam parfum.

Mawar sendiri tengah sibuk dengan minyak kayu putih di genggamannya.

Seperti rutinitas biasanya, bocah itu akan memulai hari dengan sekolah. Karena tahun besok, ia sudah menginjak kelas satu sekolah dasar.

"Tunggu disini ya, nenek mau ngambil dulu hair dryer," ucap Ayu—neneknya, seraya melepaskan handuk kecil yang membelit rambut bocah itu.

Mawar mengangguk, ia sibuk dengan kayu putih di genggamannya. Nenek Ayu pergi ke luar kamar, untuk mengambil hair dryer di ruangan sebelah.

Hari ini, ia ingin mengurus cucunya itu.

Haish!

"Yah, Dede belsin, nanti sakit lagi," monolognya, gadis kecil itu mengusap hidungnya yang memerah.

Haish!

Bocah itu kembali bersin, ia membuka tutup botol kayu putih. Sambil menuangkan beberapa tetes minyak kayu putih itu di telapak tangannya.

Manik hitam jernihnya, menatap tetesan minyak kayu putih itu di telapak tangannya. Lantas, menggosokkannya di area hidung. Ia berpikir, jika kayu putih bisa memberhentikan bersinnya.

Haish!

"Ihh kok masih belsin sih?!" Monolognya, kesal.

Gadis kecil itu kembali menuangkan tetesan kayu putih sebanyak mungkin dan mengelapnya di seluruh permukaan wajah.

"Astaghfirullah Dede!" pekik Ayu, sambil berjalan terburu-buru menuju si kecil Mawar yang sudah mulai kepanasan akibat minyak kayu putih yang di oleskan di seluruh permukaan wajah.

Tangisnya pecah, saat rasa panas menjalar di permukaan wajahnya. Bahkan, matanya pun memerah.

"Jangan buka mata, matanya pejemin dulu," titah sang nenek, ia panik saat kulit putih bersih itu berubah menjadi merah. Terlebih, tangis bocah itu sangat kencang.

"Oma, ini panas," ucap Mawar, sesenggukan. Ia mengibaskan tangannya di area wajah.

Nenek ayu menggandeng tangan anak itu, ke arah kasur.

"Iya, Oma tau. Tapi, Dede jangan buka dulu matanya ya? Kalo di buka, nanti makin panas." Ia menatap wajah cantik itu dengan khawatir.

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang