[17] Jadiii?

9.3K 1.7K 67
                                    

Seperti pagi hari sebelumnya, sebelum berangkat sekolah Afgan akan mengantar dulu sang mami ke warung makannya.

Setelah memarkirkan motornya dengan rapi, pemuda itu melepaskan helm dan merapikan rambutnya.

Ia berdecak saat pundaknya di tepuk oleh Fano.

Sedangkan Fino, terlihat anteng. Mereka memang kembar, tapi dari wajah dan prilaku terlihat jelas perbedaannya. Jadi, orang yang pertama kali bertemu si kembar tak akan menyangka bahwa mereka kembar.

"Halo mas bro Afgan! Udah lama rasanya kita nggak ketemu." Fano mendramatis, padahal kemarin mereka sekolah 'kan?

Sang empunya nama berdecak. "Alay!"

Fano mendorong pundak temannya itu. "Kampret ya Anda!"

Afgan tak menghiraukan, justru pemuda itu mengikuti langkah Fino yang sudah jalan terlebih dahulu.

Terkadang Afgan heran, kenapa Fino bisa se-sabar itu dengan tingkah kembarannya?

"Gan, lo buka grup angkatan khusus boy nggak semalam?"

Afgan menggeleng. "Nggak."

Fano berdecak. "WAH PARAH! Lo harus tau sih Gan, berita yang lagi viral sekarang!"

Afgan menatapnya malas. "Ngapain? Ngepoin hidup orang nggak bikin kita kaya."

Fano berdecak. "Nggak asik lo ah!"

Afgan mengedikkan bahunya tak acuh.

Mereka sudah masuk kelas, dan baru beberapa orang saja yang baru hadir.

Afgan menyimpan tasnya di atas meja, tak lama Fano menatap sekitar kelas.

"Ngapain?" tanya Fino.

"Liat si murid baru nggak?"

Fino menjawab, "belum datang."

Si pecicilan itu bersorak senang. Nah, Afgan tau nih. Pasti yang mau di omongin si Kiara, cewek yang menurutnya sok-sokan jadi ice girl kayak di novel-novel itu.

Eh, Astaghfirullah. Afgan nggak boleh gitu, mami Lastri nggak suka!

Fano merangkul pundak Afgan dan Fino, pemuda itu menatap keduanya dengan serius.

"Asal kalian tau, ternyata si Kiara itu baru aja kehilangan adeknya!" bisiknya, dengan menatap keduanya bergantian.

"Inalillahi, meninggal?"

Fano memukul pundak kembarannya. "Bukan gitu juga pinter!"

Fino mengusap pundaknya, ia menatap Fano kesal. "Ya terus?"

"Adeknya hilang, katanya peraturan di rumah dia terlalu ketat. Lo tau om Bram nggak Fin?" tanya Fano.

Fino mengangguk. "Rekan bisnis bokap?"

"Nah! Si Kiara ini ANAKNYA OM BRAM!"

Karena suara cempreng kembarannya, Fino langsung menggeplak kepala Fano. Membuat sang empunya meringis.

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang