[34] Spesial om Sam

6.6K 1.3K 117
                                    

Ia terlalu berlarut dengan sakit yang di derita, tanpa tahu bahwa ada hati yang lebih terluka saat ia pergi dari dunia.

__Afgan__

Sampai di tempat yang di tuju, Afgan dan Sam turun dari mobil. Pria yang saat ini memakai kacamata hitam itu, membuka bagasi mobil.

"Gan, tolong ambil karpet ini!"

Afgan membantu Sam membawakan karpet yang di maksud, sedangkan pria itu mengambil kresek besar yang berisi banyak makanan.

"Ini 'kan tempat saya ngajak Kiara, om."

Sam berjalan di bawah ke arah pohon, tempatnya persis saat pemuda itu membawa keponakannya ke sini.

Afgan menggelegar karpet, setelah itu Sam menyimpan kresek yang penuh makanan ringan itu.

Setelah melepas sepatu, keduanya duduk di sana.

"Asal kamu tau, saya juga sering ke tempat ini, Gan."

Sam melonjorkan kaki, sedangkan kedua tangannya di jadikan tumpuan badan.

"Saya suka tempat ini karena sepi, jarang ada orang ke sini."

Afgan mengangguk. "Sama, ya juga sering ke sini om."

"Cita-cita kamu apa Gan?" tanya Sam.

"Cita-cita saya waktu kecil, mau seperti ayah saya." Afgan menjawab.

"Se-kagum itu kamu sama ayah kamu?"

Afgan mengangguk. Ia mengambil Snack dan memakannya.

"Kalo om sendiri, cita-cita om apa?"

Sam tersenyum tipis. "Dulu, saya ingin menjadi pilot. Tapi gagal."

"Kenapa?"

"Saya di suruh nerusin perusahaan papa saya, dan ya ... berujung seperti sekarang ini."

Afgan mengangguk, mengerti.

"Sekarang, cita-cita saya berubah, nggak mau jadi pilot lagi." Imbuh Sam.

Ya iya lah om, ngana kan sekarang udah jadi pengusaha sukses!

Ingin Afgan berkata demikian, tapi ia malah bertanya, "terus, mau jadi apa om?"

"Doraemon!"

Astaghfirullah, sabar Gan. Ini bapak-bapak emang random.

Afgan tertawa. "Kayak bocil banget cita-citanya!"

Sam menatapnya sinis. "Saya serius, Gan!"

Netrannya menatap danau seolah tengah menerawang, Sam melanjutkan ucapannya. "Saya mau punya pintu ajaib yang bisa kemana aja itu. Ya, seperti yang kamu tau ya Gan, saya 'kan sekarang pengusaha. Jadi, kalo kemana-mana tuh tinggal buka pintu, udah di Jepang, buka pintu lagi, udah ada di China, buka pintu lagi udah ada di kor-"

"Sombong!" potong Afgan.

"Saya berucap fakta, jadi nggak ada unsur sombongnya."

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang