[23] Om nya si bocil

8.3K 1.5K 82
                                    

Matahari siang ini sangat terik, bahkan beberapa orang yang melintas di depannya terlihat mengipas-ngipas wajah mereka karena cuaca yang begitu panas.

Lastri menatap kedua pegawainya yang melayani pelanggan dengan ramah. Warung makannya saat ini tengah lenggang. Jadi, ia bisa bersantai.

Wanita itu tersenyum, melihat kedua gadis itu mengingatkan ia saat muda. Pekerja keras.

Ia tersentak saat Tari berada di depannya. "Maaf Bu, itu ada si Dede di depan."

Lastri berterima kasih pada Tera yang sudah memberitahunya, wanita itu menyambut gadis kecil yang berlari ke arahnya.

Langsung saja mereka berpelukan. Karena, terakhir bertemu seminggu yang lalu. Saat ia mengunjungi rumah  gadis kecil ini.

"Kangen Tante mami banyak-banyak!"

Lastri tersenyum, wanita itu mencium pipi dan kening sang bocah. "Tante mami juga kangen sama Dede!"

Bocah itu tersenyum lebar.

Lastri menatap si cantik. "Dede kesini sama siapa? Mang Udin?"

Seingat Lastri, Afgan pernah menceritakan nama supir dari keluarga Belvadita itu.

Bocah itu menggeleng. "Dede kesini sama om Sam!"

Lastri mengangguk. "Kenapa nggak di suruh masuk aja?" tanyanya.

"Lagi nelpon sama momsna dan papa Dede," jawab Mawar, ia duduk di salah satu kursi yang tersedia disana.

Netra Lastri nampak berbinar. "Mama papa Dede udah pulang dari luar negerinya?"

Bocah itu mengangguk lesu. "Udah," jawabnya seolah tidak berminat membahas kedua orangtuanya.

"Tante mami! Papa om kemana? Tadi waktu Dede jemput kak Ki, Dede ketemu papa om loh!"

Berbeda, Lastri mendengar nada itu sangat berbeda saat gadis kecil ini menjawab pertanyaan mengenai kedua orangtuanya dengan menceritakan pertemuannya dengan sang putra.

Afgan benar, sekalipun anak ini terlahir dari keluarga berada Lastri tak melihat kebahagiaan di netra cantik itu saat berbicara mengenai orangtuanya.

"Ouh ya? Dede baru tau, Afgan sama kakak Kiara satu sekolahan." Wanita itu mengusap kepala sang bocah dengan lembut.

Netra cantiknya, menatap sekeliling warung. "Telus, sekalang papa om nya dimana Tante mami?"

Lastri menjawabnya, "ada keperluan dulu, mungkin sekitar jam empat baru bisa pulang."

Bocah itu menunduk lesu. "Sekalang jam belapa tante mami?"

"Baru jam tiga kurang, kenapa? Nggak mau nunggu papa om nya?"

Saat hendak menjawab, Lastri di kejutkan dengan suara bariton seseorang.

"De, udah pesen makannya?"

Lastri menatap pria yang sudah terlihat menginjak kepala empat itu.

"Mas Sam?" sapa Lastri, wanita itu terkejut saat bertemu dengan sahabat lama almarhum suaminya.

Pria yang di panggil, menatapnya tak kalah terkejut. Sebelum akhirnya, ia mendengkus kesal.

"Hai Lastri, lama tidak bertemu." Sam mengangguk memberikan senyum terbaiknya. "Dan oh ya, stop memanggil saya menggunakan embel-embel mas. Saya kurang menyukainya."

Lastri terkekeh. "Masih sama seperti dulu rupanya," ucapnya, "ouh ya, silahkan ... duduk duduk!"

Sam menatap sang ponakan. "De, kamu bilang mau pesen makan hm?"

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang