[31] Bersama Kiara

6.6K 1.4K 132
                                    

Tim happy ending, sad, atau ending yang gantung?

Kangen sama siapa di cerita ini?

Kangen sama siapa di cerita ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"PAPA SAMA MOMSNA JAHAAAT!"

Hening.

Suara nyaring si kecil tadi, kini hilang. Bocah itu berlari ke arah kamar, tanpa menghiraukan panggilan anggota keluarga lainnya. Suara tangisnya begitu terdengar menyesakkan.

Sarapan pagi ini, begitu hampa.

Sam, pria yang baru saja pulang dari Jepang itu, menatap Abang serta kakak iparnya bergantian.

Ia berdiri, tangan besarnya menarik sang keponakan-Kiara, yang sedari tadi diam tak bersuara. Bahkan, untuk menatap orang-orang pun, ia enggan.

"Ayo, sekolah. Biar om antar kamu," ajak Sam.

Sam berpamitan pada Opa Arman dan Oma Ayu, pria itu menatap orangtua Kiara yang sialnya merupakan saudaranya sendiri.

"Jika kalian tidak bisa mengikuti kemauan anak, setidaknya jangan membentak apalagi di depan banyak orang. Sekalipun di depan keluarganya!" tegas Sam.

Tangan besarnya, menggandeng tangan Kiara, dapat ia rasakan tangan cantik gadis itu tengah bergetar.

"Bi Imah, tolong setelah keponakan saya tenang. Ajak dia ke warung makan Lastri, bersama mang Udin."

Setelah mengatakan hal itu, Sam berjalan dengan langkah lebarnya keluar rumah.

Dia sangat menyesal harus menginap di rumah sang kakak dan ia marah, sangat marah. Ketika, keponakan kesayangannya harus di bentak oleh kakaknya hanya karena hal sepele.

Anak itu hanya meminta waktu orangtuanya agar bisa main bersama.

Masuk ke dalam mobil, Kiara langsung memasang headset. Wajahnya ia hadapkan ke jendela, untuk bisa menangis tanpa di lihat oleh sang paman.

Sam yang pengertian, membiarkan gadis itu menangis tanpa suara.

Biarkan, untuk sejenak, biarkan ia mengeluarkan keluh tanpa suaranya.

•••

Turun dari motor, dan melepaskan helm. Afgan berjalan ke arah kelasnya dengan bersiul.

Moodnya pagi ini terlihat baik.

Saat melewati parkiran guru, pemuda itu melihat mobil Sam. Benar saja, pria dewasa yang menurutnya menyebalkan itu melambaikan tangan ke arahnya.

"Gan!" panggil Sam, setelah turun dari mobil.

Afgan berjalan menghampiri, ia mencium punggung tangan Sam.

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang