[7] Bersama senja

13K 2.4K 111
                                    

"Papa om!"

Mendengar suara panggilan itu, Afgan menyahut, "gue disini de!"

"Dimana?"

"Di teras belakang!"

Netra hitam jernih milik si kecil Mawar, nampak berbinar melihat Afgan tengah menatap indahnya langit sore seraya memangku gitar.

Gadis kecil itu duduk di samping Afgan. Ia menekuk lutut dan memeluknya. Membuat sang pemuda meliriknya.

"Kenapa de?" tanya Afgan, tangannya terulur untuk membenarkan rambut si kecil yang menghalangi pandangannya.

"Papa om, main yuk!" ajak bocah itu, terlihat semangat.

Afgan menghela napas. "Ini kita 'kan lagi main de."

Bocah itu mencebikkan bibirnya. "Ihh maksudnya jalan-jalan papa om, Dede bosen tau di lumah telus."

Afgan kembali menatap langit yang mulai berwarna oranye, pemuda itu menarik senar gitar. Melirik sang bocah yang terlihat sedih, membuat ia tak tega untuk tidak menuruti keinginannya.

"Ya udah, kuy! Jalan-jalan!"

"Benelan papa om?!" seru Mawar, tak lupa ekspresi wajahnya terlihat bahagia.

Afgan mengacak gemas rambut bocah itu. "Iya beneran! Ayok!"

Keduanya berdiri, mereka berjalan menuju rumah.

"Sama Tante mami 'kan papa om?" tanya Mawar.

Sedangkan Afgan mengedikkan bahunya. "Kita tanya dulu, kalo di ijinin kita pergi. Kalo enggak, ya nggak jadi pergi. Kalo Tante maminya nggak mau ikut jalan-jalan, ya udah."

"Ihhh kok gitu sih papa om!" sentak bocah itu, tak terima jika ia tak jadi pergi jalan-jalan.

Afgan kembali mengacak rambut panjang Mawar dengan gemas. "Nggak berkah perginya kalo nggak ijin dulu!"

Mau tak mau, bocah itu mengangguk. Menunggu Afgan yang tengah berjalan ke kamar sang ibu untuk meminta ijin pergi ke luar.

Setelah mengetuk pintu kamar sang mami, Afgan masuk. Terlihat sang ibu tengah menghitung uang di atas kasur.

Wanita itu meliriknya. "Eh, Gan. Kenapa?"

Afgan duduk di pinggir kasur, ia memijit kaki sang ibu sebentar.

"Si Dede mau jalan-jalan, katanya bosen di sini terus. Boleh nggak mi?"

Lastri mengangguk. "Oh, iya boleh. Kamu sama di Dede jangan lupa pake jaket, terus sebelum berangkat chek dulu obat kamu, masih ada atau belum. Soalnya minggu depan kamu harus checkup 'kan?"

Afgan mengangguk. "Masih ada kok mi, nanti beli obatnya pas lagi checkup aja."

Lastri mengambil selembar uang merah untuk sang putra. "Ya udah, ini ambil. Siapa tau si Dede mau jajan."

Pemuda itu menolaknya. "Uang jajan Afgan masih ada kok mi, buat jajan kita berdua mah cukup. Lagian cuma momotoran doang atau nggak ke taman."

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang