[2] Katanya sih, anak sultan.

21.6K 3.2K 307
                                    

"Jadi kamu nggak tau dia anak siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi kamu nggak tau dia anak siapa?"

Dengan lemah, Afgan menggelengkan kepalanya. Lastri mengusap wajahnya gusar, pikiran buruk mulai berdatangan. Ia takut, takut jika putranya di tuduh menculik seorang gadis kecil cantik dan berakhir masuk ke dalam jeruji besi.

Lastri menggelengkan kepalanya berulang kali, membuat Afgan menatap ibunya penuh tanya.

"Mami kenapa?"

Lastri tak menjawab, tapi maniknya menatap si cantik yang tengah asik memakan cokelatnya hingga belepotan.

Manik Lastri menatap putranya dengan serius. "Kalo kamu masuk penjara dengan tuduhan penculikan gimana?"

Afgan terbahak. "Nggak gimana-gimana, tinggal jelasin aja ke polisi. Nanti Afgan juga bakal ngasih laporan kalo ada anak hilang dan lagi tinggal di rumah kita."

"Astaghfirullah AFGAN SULTAN LADZUARDAN!" pekik Lastri, membuat putranya mengusap telinga yang ia rasa berdengung. "Serius Gan! Kalo langsung ngasih laporan, kasian si Dede takutnya malah di bawa polisi atau semacamnya. 'kan kita juga ngga tau gimana prosedur laporan orang hilang kayak gitu."

Afgan mengangguk, benar juga. Mereka 'kan tidak mengerti akan hal-hal terkait orang hilang dan laporan semacamnya.

Lain halnya dengan si cantik yang tiba-tiba bertepuk tangan begitu hebohnya, hingga atensi kedua orang dewasa itu menatapnya penuh tanya.

"Woah! Ternyata Papa sultan!" serunya begitu senang.

Ibu dan anak itu saling tatap. Mereka mendengus secara serempak, dan saling melotot satu sama lain.

Ini mereka lagi bahas laporan untuk ke polisi loh, bukan lagi bahas seorang sultan.

Afgan berdehem. "Emang lo tau apa itu sultan?"

Lastri menepuk paha putranya. "Bahasanya jangan lo–gue, Afgan!"

Pemuda itu meringis. "Ya maap, sengaja. Si Dede aja nggak mempermasalahkan." Lastri memutar bola matanya malas.

Mawar mengangguk dengan antusias. "Dede tau, sultan itu olang kaya. Meleka suka beli apa aja tanpa halus liat halga. Dede juga suka gitu, beli balang sesukanya. Nggak kayak Papa tadi, Dede mau beli cokelat besal aja di lalang!" jelasnya di akhiri dengan decakan kesal.

Lastri melotot mendengar penjelasan anak ini, apa anak ini salah satu putri sultan di Indonesia?

Afgan mematung. Anak sekecil ini sudah tau apa itu arti dari Sultan? Terus apa tadi bocah itu bilang? Dia sering membeli barang tanpa melihat harga terlebih dahulu?!

Ibu dan anak itu saling tatap. Hingga pekik kan keduanya membuat bocah itu mendengus kesal di ikuti tangisan histerisnya.

"Jadi ... MAWAR ANAK SULTAN?!"

"DEDE ANAK PAPA, BUKAN ANAK SULTAN HUAAA!"

•••

Setelah Mawar menangis hingga akhirnya lelah dan terlelap, Lastri membawa putranya untuk duduk ke ruang tamu.

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang