[36] "Jaga baik-baik!"

5.4K 1.2K 293
                                    

Kiara menggendong tasnya dan berjalan keluar dari kelas, gadis itu berdampingan dengan Afgan.

"Afgan," panggil Kiara.

"Ya?"

"Makasih ya, sekarang gue udah mulai bisa berekspresi bahkan bersosialisasi."

Afgan menggeleng. "Nggak usah berterima kasih ke gue, gue nggak ngelakuin banyak hal dalam proses perubahan diri lo. Tapi, lo sendiri yang emang mau berubah. Harusnya, lo berterima kasih dan apresiasi diri lo karena udah berhasil membuka diri."

"Lo hebat Kiara, pertahankan hal itu!" imbuhnya.

Gadis itu tersenyum dengan tulus.

Afgan meliriknya. "Jangan baper, gue cuman mengapresiasi lo doang."

Kiara meninju pelan pundak pemuda itu. "Apaan sih, siapa juga yang baper. But, gue tetep berterima kasih sama lo, Gan."

Afgan mengangguk. "Ya udah, iya, sama-sama."

"Afgan," panggil Kiara, dengan suara yang pelan.

"Itu Tante Lastri udah jemput lo," kata Kiara, ia menahan senyumnya.

Melihat Lastri yang sudah berada di gerbang, dan melambaikan tangan ke arah sang putra. Terlihat semangat menyambut putranya itu.

Afgan mengernyitkan dahinya. "Itu bukannya mami gue?"

Kiara berdecak, "bukan, dia ibu nya si Iyong!" jawabnya kesal.

Afgan melirik ke arah gadis itu. "Kesel mbak?"

Kiara menggeleng, gadis itu melirik Afgan yang mulai melangkah dengan lesu ke arah gerbang itu, ia tersenyum tipis.

"Dasar bocil."

•••

"Mami kok jemput Afgan sih?"

Setelah sampai di gerbang, Afgan menatap sang ibu yang justru malah pergi dari hadapannya.

Pemuda itu menyugar rambutnya. "Astaghfirullah mi, mami mau kemana?"

Afgan berjalan mengikuti langkah sang ibu yang terburu-buru. Mana jaraknya lumayan jauh, Lastri juga tak menyahuti panggilan sang putra.

"Bang, cendolnya dua ya!" Seru Lastri, setelah ia berada di samping gerobak cendol.

Sedangkan Afgan mulai mengusap wajahnya. Astaghfirullah mami, batinnya.

Lastri mengambil posisi duduk di bawah pohon, jarak dari gerbang sekolah lumayan jauh. Jadi, tidak menghalangi beberapa orang yang dagang.

"Mami beli cendol, mi?" tanya Afgan, pemuda itu fokus menatap tukang cendol yang mulai mempersiapkan pesanan sang ibu.

Lastri menatap putranya dengan malas. "Bukan, nih mami lagi beli truk."

Mendengar hal itu, tukang cendol sedikit terkekeh. Sedangkan sang putra berdecak.

Afgan duduk di samping sang ibu. "Kenapa jemput Afgan sih mi?"

Lastri menatap putranya dengan sinis. "Kamu masih muda, masa ia udah pikun sih Gan. Mami 'kan udah bilang, kalo nanti pulang sekolah mami jemput kamu!"

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang