[47] Kertas putih

5.8K 1.3K 71
                                    

"Yang Abi nikahi itu, ibu saya."

•••

"Papa om! Dede mau ke danau dong, kata kak Ki, danau kesukaan papa om bagus!"

Afgan yang baru saja masuk rumah, di kejutkan dengan bocil cantik yang langsung menubruk tubuhnya.

Afgan mengacak rambut Mawar. "Iya, tapi bentar dulu, gue ganti seragam dulu ya!"

Bocah yang memeluk boneka kelinci itu, mengangguk semangat. Ia tidak sabar melihat danau yang kata kakaknya bagus itu.

"Lo udah lama di sini, De?" tanya Afgan, sebelum berjalan ke arah kamar.

"Tadi pulang sekolah Dede langsung ke sini, Dede mau nginep!"

Bocah itu bermain dengan Sam, selagi menunggu Afgan ganti baju.

Sam sedikit heran, kenapa Afgan begitu lama berganti pakaian padahal biasanya juga sangat cepat.

"Gan, buruan! Nanti kita ke danau bareng ibu kamu, kita jemput dulu!" ucap Sam, berdiri di depan kamar Afgan.

"Iya, bi. Sebentar!"

"Papa om kayak cewek ya, om. Siap-siapnya lama banget."

Sam mengangguk, membenarkan ucapan si bocil cantik.

"Cewek aja kayaknya nggak selama dia, de."

•••

Keluarga kecil itu, sampai di danau. Lastri menggelar karpet, dan Sam menyimpan beberapa cemilan.

Saat sudah sampai, si bocil langsung berlarian. Benar 'kan, kata Afgan dulu. Bocil itu pasti akan sangat excited di ajak ke sini.

Afgan juga berlari mengejar Mawar, tawa keduanya pecah. Di bawah pohon, Sam dan Lastri tersenyum bahagia.

Mereka saat ini benar-benar merasakan apa itu keluarga harmonis.

"DE, GAN! LARINYA JANGAN JAUH-JAUH!" pekik Lastri, saat keduanya mulai menjauh dari pandangannya.

Afgan menggandeng tangan mungil itu. Ia mengajak Mawar, untuk kembali ke bawah pohon, ke arah Lastri dan Sam.

Mereka tertawa, entah apa yang membuatnya terlihat bahagia. Tapi, Afgan sangat menikmati momen ini.

Pemuda yang menggunakan jaket hitam itu, mengambil posisi telentang di atas karpet. ia melirik si bocil yang melakukan hal yang sama.

"Papa om, tadi selu!"

Afgan terkekeh. "Seru apanya, yang ada gue capek!"

Bocah itu cemberut. "Tapi tadi papa om ketawa!"

Afgan duduk ia mengelus rambut si bocil, sebelum akhirnya mengambil gitar di samping Bram dan mulai membawakan lagu favorit ibunya.

Lastri menikmati suara indah sang putra, ia tersenyum setiap mendengar lirik-lirik yang sudah tak asing di telinganya lagi.

Afgan selesai menyanyikan lagu.

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang