[41] Permintaan

5.2K 1.3K 86
                                    

"Mau ya, mi?"

__Afgan__

Saat adzan subuh tiba, Afgan mengajak si bocil untuk melaksanakan sholat. Dengan ogah-ogahan, bocil itu menurut.

Mereka mengambil wudhu. Bedanya,  Mawar malah asal basah. Yang penting ia mengikuti gerakan papa om-nya, Afgan juga tak banyak komentar mengenai wudhu bocah itu yang belum benar. Asalkan, ia mau belajar, sudah cukup membuatnya senang.

Saat ini mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah dengan sang mami.

"Papa om, papa om!" bisik Mawar, saat Afgan baru saja selesai berdoa.

Pemuda itu membalikkan badannya, ia terkekeh saat mukena yang di pakai bocah itu sangat besar.

Bahkan, beberapa rambut bocah itu keluar. Afgan pun membenarkan rambut si kecil yang keluar.

"Kalo pake kerudung atau mukena, usahakan rambutnya jangan keluar." Afgan berucap.

Lastri tersenyum melihat interaksi sang putra. Baru saja ia melihat Afgan yang terlihat memperlakukan si bocil dengan sayang, kini sang putra mulai bertingkah menyebalkan.

"Heh, de! Abis subuh jangan langsung tidur!" tegas Afgan, saat si bocil mulai tiduran di atas sajadah.

"Dede ngantuk, Dede masih kecil. Jadi, ngga pa-pa kalo tidul lagi!" ucap Mawar, dengan mata yang sudah kembali terpejam.

"Tetep aja, nggak boleh! Ayo bangun, bangun! Kalo nggak bangun gue guyur nih!" Pemuda itu menarik kaki si bocil, agar bocah itu terganggu.

Benar saja, Mawar merengek, "issh, papa om diem! Dede ngantuk!"

"Bangun, bangun! Mau gue guyur?" Afgan terkekeh.

Sebenarnya, ia sengaja membuat bocil itu marah padanya. Terlihat lucu.

"Guyul aja, tapi nanti dede bilangin ke opa Alman, bial papa om di gigit si tigel." Bocah itu menguap, tak lama ia benar-benar tertidur.

"Tigel apaan?" tanya Afgan, tak paham.

"Tiger, harimaunya pak Arman."

Afgan menatap ibunya ngeri.

Salah nyari lawan.

•••

Siangnya, mereka bertiga berangkat ke warung makan. Sesuai perkataan Sam, bahwa si bocil cantik hanya akan menginap satu hari di rumahnya.

Afgan melihat sang mami yang tengah berbincang dengan om Sam yang baru turun dari mobil.

Entah apa yang di bicarakan, tapi Lastri terlihat mengarahkan Sam untuk pergi ke taman belakang.

Afgan menatap mereka dengan penuh tanya. Ia yang saat ini tengah menemani si bocil main masak-masakan, menjadi tidak fokus.

"Pelmisi abang, Dede beli telol ceploknya sepuluh ya!"

Tak mendapat respon dari Afgan, si bocil kembali memanggilnya. "Abang tukang telol, Dede beli telol ceploknya sepuluh ya!"

Mami mau ngomongin apa ya? Batin Afgan di penuhi berbagai pertanyaan.

"WOY ABANG TUKANG TELOL!"

Afgan tersentak dengan suara melengking itu, ia mencubit hidung si bocil. "Nggak sopan lo, masa sama tukang dagang nge-gas!"

Afgan : Jadi Papa Dadakan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang