Part 10

1.2K 132 22
                                    

Rayhan membuka pintu kamar Aisyah yang ada di villa dengan perlahan. Rayhan melihat di tempat tidur hanya ada si kembar yang tertidur pulas. Rayhan masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya kembali. Rayhan menoleh ke arah kanan, dilihatnya Aisyah sedang duduk di sofa sambil melihat arah luar kamar. Dari kamar Aisyah di villa ini bisa terlihat halaman belakang villa dan kolam renang, bahkan ada pintu langsung yang menghubungkan ke halaman belakang dari kamar ini.

"Assalamualaikum cantik... Kirain aku kamu ikutan tidur sama si kembar.." Rayhan mencium pipi Aisyah.

"Astagfirullahaladzim..." Aisyah yang terkejut langsung beristighfar.

"Kalau suami ucapin salam, jawabannya bukan astagfirullahaladzim... Tapi jawabannya waalaikumussalam... Gitu... Masa Ibunya kembar ga tau sih? Kembar aja tau..." Rayhan kembali mencium pipi Aisyah.

"Ini ngapain sih cium-cium terus..." Aisyah menjauhkan wajah Rayhan dari wajahnya.

"Ih malah marah-marah, bukannya jawab salamnya suami..."

"Iya waalaikumussalam... Kamu ngapain kesini?"

"Gitu dong... Itu baru benar jawab salamnya. Tapi kok suami nyusulin istrinya malah dibilang ngapain kesini sih?"

"Si Adek sama siapa? Nanti kalau bangun terus nangis gimana? Ayahnya ga tanggung jawab banget sih." Aisyah hendak bangkit dari duduknya.

Rayhan menahan Aisyah agar tidak bangkit dari duduknya. "Mau kemana? Aku nyamperin kamu, kamunya malah mau pergi."

"Mau ke rumah Ummi lah... Pakai nanya mau kemana lagi? Nanti kalau si Adek bangun dan nangis gimana? Tambah aja deh orang bilang aku Ibu ga becus." Aisyah kembali hendak bangkit dari duduknya.

Rayhan kembali menahan Aisyah. "Biarin aja orang bilang seperti itu. Yang penting bagi aku, kamu adalah istri dan Ibu yang baik untuk aku dan anak-anak kita." Ucap Rayhan santai.

Rayhan tau ada sesuatu yang mengganggu pikiran Aisyah, akan tetapi biasanya Aisyah jika ditanyakan langsung akan menjawab tidak ada apa-apa.

"Ini apaan sih aku mau berdiri ditahan terus. Kamu mah enak aja ngomong kayak gitu. Ga tau gimana perasaan aku diomongin kayak gitu sama orang. Anak-anak aku dibilang nakal-nakal semua. Ga kayak anak-anak Kak Mira yang kalem-kalem. Anak-anak aku jadi nakal karena aku ga becus ngurusin anak kan? Gitu kan, Bang?" Tangis Aisyah pun pecah.

Rayhan langsung memeluk Aisyah dan mengusap punggungnya. "Kita ga bisa kontrol orang lain mau komentar apa tentang kita, Sayang. Yang penting kamu ga seperti yang mereka katakan. Bagi aku, kamu udah melakukan hal terbaik untuk aku dan anak-anak kita. Bukannya anak-anak Amira juga jadi anak-anak kamu? Bukannya selama ini kamu ga pernah membeda-bedakan anak? Bukannya Zaydan dan Zahra juga tumbuh dengan hasil didikan kamu. Lagi pula Zahra ga kalem kok. Zahra cerewet, sama kayak kamu." Rayhan mencium puncak kepala Aisyah.

"Iya Zaydan sama Zahra anak aku juga. Tapi Zahra jadi cerewet gara-gara didikan aku. Berarti kan pengaruh aku ga baik."

Rayhan menggelengkan kepalanya. "Siapa bilang cerewet itu ga bagus? Buktinya karena kamu cerewet, si kembar sudah bisa hafal doa-doa dan surat-surat pendek. Itu kan karena kamu sering mengulang-ulang membaca doa-doa dan surat-surat pendek itu sama si kembar. Kalau kamu diam aja gimana mereka bisa tau. Yang banyak menghabiskan waktu bersama mereka kan kamu bukan aku. Kalau soal Zahra, anak itu emang udah cerewet dari lahir. Cuma Zahra ga gampang untuk dekat sama orang yang baru dia kenal. Baru sama kamu aja dia ketemu sekali langsung akrab, sampai minta kamu jadi ibunya kan? Zahra ga tau aja kalau Ayahnya udah naksir duluan ke Ibunya, jadi dengan senang hati mengabulkan permintaan dia."Rayhan tertawa kecil.

"Tapi Zahra ga nakal kayak si kembar..."

"Bukannya kamu yang bilang ga boleh bilang anak nakal? Kata kamu pemberian label negatif lebih sering menimbulkan hal yang negatif pula. Bukannya siapa pun orang dan berapa pun usianya tidak suka mendapat label negatif?" Rayhan kembali mencium puncak kepala Aisyah.

JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang