"Mba Dian cuti, Bang..." Ucap Aisyah.
Rayhan yang baru selesai mandi, sepulangnya dari kantor, langsung menghampiri Aisyah.
"Tadi kata kamu Dian udah kasih resep penghilang mual sama vitamin..."
"Iya... Tadi Mba Dian akhirnya telepon balik, terus aku ceritain kalau aku baru aja test pakai test pack dan hasilnya positif. Terus Mba Dian langsung kasih resep."
"Sekarang resepnya mana? Kenapa ga Whatsapp aku, kasih resepnya?"
"Tadi Mba Dian bilang ambil di apotik RSIA aja, jadinya aku minta tolong Pak Joko untuk ambil."
"Terus udah diminum obatnya?"
"Udah..."
"Terus gimana, udah enakan?"
"Alhamdulillah..." Aisyah tersenyum. Rayhan memang akan lebih cerewet ketika dia hamil. "Tadi aku bilang ke Mba Dian, In Syaa Allah besok mau ke RSIA periksa sekalian USG, tapi katanya Mba Dian lagi cuti, Senin baru masuk lagi."
"Lagi mudik mereka?"
"Ga... Katanya anak sulungnya, Sabtu besok dilamar."
"Oh iya... Anaknya Dian yang pertama perempuan."
"Tuh, Bang... Mba Dian aja udah mau punya mantu, kita malah punya bayi lagi."
Rayhan tersenyum. "Ya udah kamu suruh Zaydan cepat nikah, biar nanti kita dapat kebahagiaannya doube-double... Dapat baby, terus dapat menantu. Jadi anak kita nambah 2 orang..." Rayhan tertawa kecil.
"Luar biasa Pak Rayhan... Kayaknya emang senang banget nambah personil dalam keluarganya..." Aisyah menggelengkan kepalanya.
Rayhan tertawa kecil. "Seru kalau rame, Sayang..." Rayhan mengusap kepala Aisyah. "Aku udah pernah ngerasain 5 tahun hidup hanya bertiga sama Zaydan dan Zahra. Bahkan 3 tahun terakhir sebelum nikah sama kamu, aku seringnya berdua Zahra aja, karena Zaydan tinggal di asrama. Ga enak deh pokoknya. Enak seperti sekarang rame, walaupun Zaydan tetap jarang kumpul sama kita."
"Rame ya, Bang... Yang satu anaknya iseng... Yang satu manja... Yang satu kalem, tapi suka ikut-ikutan, jadinya suka iseng juga... Syukurnya si Kakak sifatnya dewasa, jadi sering ngalah sama adek-adeknya."
"Alhamdulillah... Masa seperti itu cuma sebentar, Sayang. Nanti semakin mereka bertambah besar, mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing, bisa jadi waktu berkumpul dengan kita jadi berkurang. Seperti Zaydan aja sekarang."
"Makanya kalau Fatima nangis karena diisengin Uda, kamu santai aja ya..." Aisyah tersenyum.
"Iya... Isengnya Uda ga mencelakakan orang kok. Anak itu sebenarnya gemesan aja."
"Iya kayak Ayahnya..."
Rayhan tertawa kecil. "Aku cuma gemas sama kamu dan anak-anak aja... Kalian menggemaskan, terutama kamu..." Rayhan mencium pipi Aisyah gemas.
"Ga usah dipraktekin juga kali, Bang..." Protes Aisyah.
Rayhan tertawa kecil lagi. "Biar jelas... Makanya aku praktekin langsung..."
"Dasar..." Aisyah mendorong bahu Rayhan pelan. "Emangnya Mas Fiqri ga cerita kalau anaknya mau dilamar?"
"Aku lagi jarang ketemu Fiqri. Kalau ketemu cuma ngomongin soal kerjaan. Mungkin nanti kalau udah mau akad baru dikasih tau."
"Bisa jadi sih..."
"Terus kamu mau periksanya nunggu Dian masuk atau mau coba dokter lain sementara?"
"Nunggu Mba Dian masuk aja deh. Cuma nunggu 3 hari aja..."
"Tapi aku ga bisa kalau hari Senin. Ada kerjaan yang harus diselesaikan di daerah Tangerang, itu udah dijadwalkan dari pekan lalu, jadi ga bisa izin."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️
RomanceBismillah mau coba nulis season 3 Aisyah & Rayhan... Seperti biasa, ceritanya ngalir aja ya... 🤭😎 Mudah-mudahan nanti ujung-ujungnya jadi sequel siapa gitu... Hehe... Langsung baca aja ya... 😉