"Kamu mau kemana?" Rayhan menahan tangan Aisyah yang hendak membuka pintu kamar.
Rayhan baru saja menidurkan Fatima di box bayinya. Fatima benar-benar mengerjai Ayahnya, anak itu baru tertidur setelah ditimang lebih dari 1 jam oleh Rayhan. Mungkin anak itu benar-benar merindukan Ayahnya.
"Mau lihat anak-anak sudah pada tidur atau belum." Jawab Aisyah tanpa menoleh ke arah Rayhan.
"Lihat lewat CCTV aja." Rayhan menggandeng Aisyah menuju tempat tidur mereka.
Rayhan mengambil handphonenya yang ada di atas nakas, kemudian mendudukkan dirinya di samping tempat tidur.
"Katanya mau lihat anak-anak. Tapi kamu masih berdiri aja. Sini duduk samping aku." Ucap Rayhan melihat Aisyah yang masih berdiri di sampingnya.
Aisyah bergeming. Rayhan tau, Aisyah berusaha menghindarinya walaupun tetap mengurus kebutuhannya.
"Duduk sini, Sayang... Atau kamu mau aku pangku? Udahan dong marahnya. Aku ga kuat kalau kamu diamin terus." Rayhan menarik pelan tangan Aisyah agar duduk di sampingnya.
Aisyah pun duduk di samping Rayhan.
"Kita lihat Zahra dulu ya..." Rayhan mulai berselancar di hp androidnya. "Udah gelap kamarnya, berarti udah tidur anaknya... Sekarang kita lihat si kembar ya... Udah gelap juga kamarnya. Alhamdulillah anak-anak kita udah tidur semua."
Aisyah tak berkata apa-apa walaupun matanya memperhatikan layar handphone Rayhan.
"Masih marah sama aku ya?" Ucap Rayhan lembut sambil menatap wajah Aisyah.
Aisyah mengalihkan pandangannya ke box bayi Fatima.
"Pandang aku, Sayang. Aku benar-benar minta maaf. Aku ga sengaja bentak kamu. Sesudah kamu keluar dari ruang kerjaku, baru aku sadar kalau udah nyakitin perasaan kamu. Waktu itu aku pengen langsung minta maaf sama kamu, tapi aku harus nyelesaiin laporan yang harus aku laporin besok paginya." Rayhan menahan wajah Aisyah agar menghadap ke wajahnya. Rayhan menatap langsung ke manik mata Aisyah.
Aisyah memandang wajah Rayhan tanpa ekspresi. Akhirnya Rayhan membawa Aisyah ke dalam pelukannya.
"Proyek perumahan yang sedang aku tangani memang bermasalah, Sayang." Rayhan mulai bercerita.
Aisyah mengurai pelukan Rayhan, kemudian memandang wajah suaminya itu tanpa kata. Aisyah memandang wajah Rayhan dengan ekspresi cemas.
"Alhamdulillah sekarang udah selesai masalahnya. Makanya aku bisa pulang." Rayhan mencium kening Aisyah, kemudian kembali memeluknya.
"Salah seorang anggota tim aku, ada yang berbuat curang. Dalam anggaran pembangunan seharusnya semua rumah yang kami bangun rangka atapnya adalah rangka atap baja ringan berbahan Zinium dengan kualitas nomor 1. Tapi dia berbuat curang dengan mengganti 50% dari jumlah yang kami bangun dengan rangka atap baja ringan dengan kualitas nomor 3. Akibatnya 50% dari jumlah rumah yang kami bangun, atapnya ambruk."
"Kenapa bisa ambruk? Bukannya cuma beda kualitas sedikit aja?" Aisyah melepaskan pelukan Rayhan.
Rayhan tersenyum. "Beda kualitas sangat berpengaruh, Sayang. Genteng yang kami pakai juga kualitas nomor 1. Baja ringan kualitas nomor 3 tidak bisa menopang berat genteng kualitas nomor 1. Jadinya ambruk deh." Rayhan meletakkan kepalanya di pangkuan Aisyah. "Harusnya waktu itu, aku tidur di pangkuan kamu seperti ini ya. Bukan malah marahin kamu. Maafin aku ya, Sayang." Rayhan mengecup tangan Aisyah.
"Maafin aku juga, aku ga tau kamu ada masalah besar. Aku malah cuekin kamu." Aisyah balas mencium tangan Rayhan.
"Kita sama-sama saling memaafkan ya, Sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️
RomanceBismillah mau coba nulis season 3 Aisyah & Rayhan... Seperti biasa, ceritanya ngalir aja ya... 🤭😎 Mudah-mudahan nanti ujung-ujungnya jadi sequel siapa gitu... Hehe... Langsung baca aja ya... 😉