"Makasih ya, Mas..." Ucap Zahra begitu turun dari vespa Rizky sambil memberikan helm di depan rumah Ayah Sultan.
"Maaf ya, Ra, kamu jadi lama sampai di rumah Kakek, gara-gara vespa Mas mogok. Grogi kayaknya nih vespanya, first time dinaikkin sama cewek, selama Mas pakai vespa ini." Ucap Rizky sambil tersenyum dan mengambil helm yang diberikan oleh Zahra. Entah sudah berapa kali kata maaf keluar dari mulut Rizky karena vespanya mogok. Vespa Rizky tadi sempat mogok di Jalan Jatinegara Timur. Syukur saja sesudah Rizky membuka busi dan mengamplasnya serta memasangnya kembali, vespanya bisa hidup kembali. Walaupun harus dengan perjuangan berkali-kali menekan kick starter dengan kakinya, sampai-sampai bajunya basah oleh keringat.
"Gapapa, Mas... Aku masuk dulu ya... Sekali lagi makasih udah jemput dan antar aku kesini." Pamit Zahra.
"Eh sebentar dulu, Ra..."
Zahra yang sudah membalikkan badannya untuk memasuki gerbang rumah Ayah Sultan pun, kembali membalikkan badannya ke arah Rizky.
"Ya..." Ucap Zahra singkat.
"Mas boleh ikutan takziah juga?"
"Oh... Boleh... Vespanya parkir di halaman masjid aja. Tapi aku duluan masuk ya... Nanti Mas langsung masuk aja."
"Siap... Baik kalau begitu... Makasih ya calon makmum..." Rizky tertawa kecil.
Zahra tidak menjawab, anak itu langsung membalikkan badannya untuk memasuki rumah Ayah Sultan. Tadi Zahra terkejut, ketika guru piket mengatakan dijemput oleh kakaknya. Zahra berpikir abangnya sudah kembali ke Indonesia tanpa memberitahu terlebih dahulu, seperti yang dilakukan Zaydan 5 tahun yang lalu. Ketika mengikuti guru piket menemui seseorang yang menjemputnya, Zahra tambah terkejut karena Rizky yang menjemputnya. Keterkejutan Zahra semakin bertambah, ketika Rizky mengatakan kalau Kakeknya meninggal dunia. Sebenarnya Zahra heran mengapa Rizky yang menjemputnya, karena sudah beberapa hari, laki-laki itu tidak menggodanya, bahkan menegur pun tidak, seperti orang yang sedang marah. Marah dalam diam. Entah mengapa Rizky melakukan itu kepada Zahra, padahal Zahra merasa tidak melakukan kesalahan kepada Rizky. Setelah Rizky menjelaskan mengapa ia yang menjemput Zahra, Zahra pun memaklumi alasan ayahnya meminta Rizky untuk menjemputnya.
"Assalamualaikum..." Ucap Zahra begitu sampai di teras rumah Ayah Sultan.
"Waalaikumussalam..." Jawab semua yang mendengar.
"Eh Kakak... Alhamdulillah Kakak udah sampai. Ayahnya udah dari tadi nanyain. Langsung masuk aja, Kak. Soalnya kita tinggal nungguin Kakak aja, sebelum mandiin Kakek. Tadi kata Ibu biar Kakak ketemu Kakek dulu baru kakeknya dimandiin." Ucap Ali.
"Maaf, Om, tadi vespanya mogok, makanya lama. Aku langsung masuk aja ya, Om, sekarang."
"Iya..." Ali tersenyum.
Zahra pun memasuki ruang tamu rumah Ayah Sultan. Disitu terlihat kasur pegas ukuran single terbentang di ruangan itu. Diatas kasur pegas itu terbaring kaku jenazah Ayah Sultan. Ada juga beberapa orang yang sedang membaca Alqur'an. Zahra berjalan mendekati Aisyah yang sedang duduk berdampingan dengan Bunda Aini. Aisyah sedang menyandarkan kepalanya di bahu Bunda Aini sambil melafadzkan dzikir dan doa.
"Nek..." Sapa Zahra, kemudian mencium tangan Bunda Aini.
Bunda Aini tersenyum tipis sambil mengusap kepala Zahra.
Aisyah yang menyadari kedatangan Zahra, langsung menegakkan badannya.
"Bu..." Zahra beralih kepada Aisyah. Zahra mencium tangan Aisyah juga.
"Maafin Kakek kalau ada salah sama Kakak ya..." Ucap Aisyah sambil memeluk Zahra.
"Kakek ga ada salah sama Kakak, Bu... Paling adanya Kakak yang punya salah sama Kakek."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️
RomanceBismillah mau coba nulis season 3 Aisyah & Rayhan... Seperti biasa, ceritanya ngalir aja ya... 🤭😎 Mudah-mudahan nanti ujung-ujungnya jadi sequel siapa gitu... Hehe... Langsung baca aja ya... 😉