"Alhamdulillah akhirnya sampai juga kita..." Ucap Rayhan ketika selesai memarkirkan mobilnya di parkiran terminal 2 Bandara Soetta.
"Alhamdulillah..." Jawab Aisyah serta anak-anaknya.
"Syukur tadi Abang pas landing langsung kasih tau, kalau jadinya landing di terminal 2, ga jadi di terminal 3. Kalau udah parkir di terminal 3, bisa-bisa lama lagi keluarnya. Tau sendiri parkiran terminal 3 kayak apa ya, Yah..." Ucap Aisyah sambil membuka seat belt yang mengikat tubuhnya selama perjalanan menuju Bandara Soetta.
"Paling Abang udah selesai urusan imigrasi, kita baru keluar dari parkiran." Rayhan tertawa kecil.
"Tapi Adek ga jadi jalan jauh dong. Padahal Uda udah mempersiapkan tenaga kalau Adek minta gendong, karena capek jalan kaki." Ucap Uda.
"Uda mau gendong Adek, kalau Adek capek jalan?" Tanya Aisyah.
"Ga... Ngapain gendong Adek, berat Bu... Berat Adek tuh hampir 5 kantong beras yang biasa Ibu beli."
"Ya Allah, Uda... Masa adeknya disamain sama beras." Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Kalau Uda ga mau gendong Adek, terus Uda siapin tenaga untuk apa?" Tanya Aisyah lagi.
"Siapin tenaga untuk ngeledekin Adek..." Uda tertawa kecil.
"Yaa Allah, Uda... Ga bisa apa sehari aja ga godain adeknya?"
"Ga bisa, Bu, soalnya Adek itu menggemaskan..." Uda mencolek pipi Fatima.
"Colek-colek lagi..." Ucap Fatima kesal sambil menggembungkan pipinya.
Uda tertawa melihat ekspresi wajah Fatima.
"Udah yuk turun, mungkin Abang udah selesai urusan imigrasinya." Ajak Rayhan.
"Oke, Ayah..." Ucap Aisyah dan yang lainnya.
"Adek mau digendong atau pakai stroller?" Tanya Rayhan.
"Adek udah gede, Ayah... Adek mau jalan sendiri, Ayah..." Fatima langsung meloncat keluar mobil, kemudian berjalan cepat menuju terminal kedatangan.
"Adek jangan jalan sendiri..." Panggil Aisyah. Akan tetapi Fatima tidak menghiraukan panggilan Aisyah, anak itu terus berjalan cepat sendiri. Aisyah yang hendak mengejar Fatima ditahan oleh Aa'.
"Aa' aja yang kejar, Bu..." Aa' langsung berlari mengejar Fatima.
"Adeknya ngambek tuh, Da..." Ucap Aisyah.
Uda tertawa. " Tenang aja, Bu, nanti Uda rayu adeknya."
"Isengnya ga hilang-hilang nih... Udah tau adeknya ngambekan, tetap aja sering diledekin." Zahra merangkul Uda dengan gemas.
"Adek tuh gemasin, Kak. Udah tau pipinya chubby, eh kalau ngambek pipinya digembungin, kan jadi tambah gemasin. Mau dicium nanti tambah ngambek. Kalau ada Ayah, pakai drama nangis. Manja..." Uda kembali tertawa.
"Tapi kalau ga ada yang drama, ga rame, Da..." Zahra tertawa kecil.
"Nah itu Kakak tau... Rumah sepi kalau ga ada dramanya Adek." Uda ikut tertawa kecil.
"Iya, ya... Tapi jangan sering-sering, kasihan Adek." Zahra mengacak rambut Uda.
"Ah Kakak... Jangan ngerusak rambut Uda dong." Protes Uda.
"Cieee udah gede ya? Takut banget jadi jelek gara-gara rambutnya acak-acakan. Kalau udah ganteng mah ganteng aja, Da... Ga ngaruh rambut rapih atau acak-acakan." Zahra merapihkan kembali rambut Uda.
"Tetap aja kalau acak-acakan ga enak dilihat. Kakak mau ga, kerudungnya Uda acak-acak?"
"Uda ga boleh pegang kepala Kakak... Ga sopan..." Zahra tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️
RomanceBismillah mau coba nulis season 3 Aisyah & Rayhan... Seperti biasa, ceritanya ngalir aja ya... 🤭😎 Mudah-mudahan nanti ujung-ujungnya jadi sequel siapa gitu... Hehe... Langsung baca aja ya... 😉