Part 25

755 121 31
                                    

"Adek mau telepon ayah ya, Mbok..." Rengek Fatima. Anak itu sedang duduk di pangkuan Mbok Nem.

Pak Joko memberikan Fatima kepada Mbok Nem karena harus menjemput si kembar di sekolah.

"Adek tunggu disini ya... Mbok ambil handphone dulu..." Mbok Nem mendudukkan Fatima di sofa yang ada di ruang keluarga.

Fatima mengangguk.

Tak lama kemudian Mbok Nem datang membawa handphonenya.

"Adek mau telepon Ayah sekarang?" Tanya Mbok Nem.

"Iya..."

Mbok Nem memberikan handphonenya kepada Fatima, setelah sebelumnya mendial nomor Rayhan.

"Ayah... Tadi Ibu ga bangun-bangun waktu dibangunin sama Om Ali. Baju Ibu juga basah, baju Ibu ada merah-merahnya. Ibu ga meninggal kayak Bunda kan, Yah?" Ucap Fatima sambil terisak begitu Rayhan menerima panggilannya.

Aisyah memang sudah menceritakan tentang Amira kepada Fatima, karena keluarga mereka rutin setidaknya 3 bulan sekali menziarahi makam Amira.

"Ibu kenapa, Dek? Ibu pingsan? Sekarang  Om Ali nya mana? Ayah mau ngomong sama Mbok Nem, Dek. Tolong kasih handphonenya ke Mbok Nem." Ucap Rayhan dengan nada sedikit panik.

"Adek mau ke Ibu, Yah. Adek mau lihat Ibu, Yah. Tadi Ibu dibawa sama Om Ali, kata Om Ali mau bawa Ibu ke rumah sakit."

"Iya... Nanti kita lihat Ibu ya... Sekarang kasih handphonenya ke Mbok Nem dulu ya, Sayang. Ayah mau ngomong dulu sebentar sama Mbok Nem." Rayu Rayhan.

Fatima langsung memberikan handphonenya kepada Mbok Nem.

"Assalamualaikum, Pak... Tadi kata Mas Joko, Ibu pingsan, Pak. Sepertinya  pendarahan juga. Terus sekarang sudah dibawa sama adiknya Ibu ke rumah sakit. Maaf saya tadi ga lihat langsung, soalnya sedang sholat dzuhur di kamar. Sekarang Mas Joko sedang jemput si kembar, Pak."

"Waalaikumussalam... Baik, kalau begitu saya langsung ke rumah sakit ya, Mbok. Tolong urus anak-anak selama saya dan istri tidak di rumah ya, Mbok. Terima kasih." Rayhan langsung memutuskan panggilan.

"Udah diputus sama Ayah, Dek... Kayaknya Ayah lagi buru-buru mau ke rumah sakit deh, Dek... Kita tunggu kabar Ibu di rumah aja, ya..." Ucap Mbok Nem memperlihatkan layar handphone yang sudah gelap.

"Adek mau ketemu Ibu, Mbok... Adek mau lihat Ibu..." Fatima kembali terisak.

"Nanti kita tunggu Ayah dulu ya..." Bujuk Mbok Nem.

"Ayah lama ga, Mbok?" Tanya Fatima dengan berlinang air mata.

"Mudah-mudahan ga lama ya... Sekarang Adek tidur siang dulu ya... Mbok temanin..."

"Adek mau tidur siang sama Ibu... Tadi Ibu ajak Adek tidur siang bareng." Air mata Fatima bertambah deras

"Sekarang sama Mbok dulu ya... Ibu diobatin dulu sama dokter. Nanti kalau udah sembuh baru tidur siang sama Adek lagi." Mbok Nem mengusap-usap kepala Fatima.

"Adek mau ke Ibu, Mbok... Adek mau lihat Ibu..." Fatima menangis histeris.

Mbok Nem tak tau harus berkata apalagi, akhirnya perempuan paruh baya itu memeluk Fatima sambil mengusap-usap kepala anak itu.

Setelah lelah menangis Fatima pun tertidur dalam pelukan Mbok Nem. Mbok Nem membaringkan Fatima di sofa perlahan, agar anak itu tidak terbangun.

Mbok Nem mengusap lembut sisa air mata yang ada di pipi Fatima. Dalam hatinya Mbok Nem berdoa untuk kesehatan Aisyah, anak-anaknya masih sangat membutuhkan ibunya.

JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang