Part 33

693 111 20
                                    

"Assalamualaikum..." Rayhan menjawab panggilan telepon pintarnya.

"..."

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un..." Rayhan mengusap wajahnya.

"..."

"Iya... Saya segera kesana..."

"..."

"Waalaikumussalam..."

Setelah mematikan telepon serta menyimpannya di dalam saku kemejanya, Rayhan mengangkat kedua tangannya, seraya membaca doa,


Allaahummaghfir lahu warham hu wa’aafi hii wa’fu anhu wa akrim nuzula hu wa wassi’ madkhola hu waghsil hu bilmaai wats-tsalji walbarodi wanaqqi hi minal khothooyaa kamaa yunaqqots tsaubul abyadlu minaddanasi wa abdil hu daaron khoiron min daari hi wa ahlan khoiron min ahli hi wazaujan khoiron min zaoji hi wa adkhil hul jannata wa ‘aidz hu min ‘adzaabil qobri wa fitnati hi wa min ‘adzaabin naar.

Artinya:

"Ya Allah, ampunilah, rahmatilah, sejahterakan dan maafkanlah dia. Dan muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah jalan masuknya, cucilah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan bagaikan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih baik daripada yang ditinggalkannya, dan keluarga yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, serta istri yang lebih baik dari yang ditinggalkannya pula. Masukkanlah dia ke dalam surga, dan lindungilah dari siksanya kubur serta fitnahnya, dan dari siksa api neraka."

"Aamiin..."

Setelah mengusap wajahnya, Rayhan mengambil ponselnya. Rayhan langsung mencari nomor kontak kantornya, untuk mengabarkan jika hari ini dia izin tidak masuk kerja.

Setelah selesai menghubungi kantornya, Rayhan langsung menghubungi Pak Joko, untuk memintanya menjemput Zahra. Karena jika Rayhan harus menjemput Zahra akan memakan waktu lebih lama untuk sampai di rumah duka.

Setelah tiga kali Rayhan mendial nomor Pak Joko dan tidak ada jawaban, akhirnya Rayhan memutuskan masuk ke dalam rumah untuk menyampaikan berita duka kepada Aisyah.

Tadi memang sebelum mengantar Zahra sekolah, Pak Joko meminta  izin kepada Rayhan kalau akan pergi ke pasar hewan Jatinegara setelah mengantar Zahra sekolah.

"Mungkin sedang dijalan, jadi ga dengar ada telepon. Nanti aja deh aku coba telepon lagi. Sekarang lebih baik kasih tau Aisyah dulu." Rayhan bermonolog.

"Udah mau berangkat kerja, Om?" Sapa Rizky dari balik pagar.

Rayhan yang akan masuk ke dalam rumah pun menghentikan langkahnya. Kemudian Rayhan menoleh, lalu berjalan mendekati pagar, dimana Rizky berdiri.

"Rencananya iya... Tapi ga jadi. Kamu ga kuliah, Ky?" Rayhan bertanya balik.

"Aku kuliah siang, Om. Paling nanti sesudah sholat Jumat, baru berangkat ke kampus."

"Kamu dulu sekolahnya sama ama SMA Zahra sekarang kan ya?"

"Iya, Om. Kenapa emangnya, Om? Zahra ada masalah?" Rizky khawatir.

Rayhan berpikir sejenak. Zahra dan Rizky bukan mahrom, tidak boleh berduaan. Tetapi jika ia yang menjemput, akan memakan waktu lama, karena jalan ke sekolah Zahra biasa macet pada pagi hari di jam orang-orang berangkat kerja. Kalau meminta Zahra naik ojek atau taksi online, anak itu tidak terbiasa naik kendaraan online seorang diri.

"Gimana ya... Om minta tolong boleh?"

Rayhan akhirnya memutuskan untuk meminta tolong kepada Rizky. Karena menurut Rayhan, walaupun Rizky menyukai Zahra, akan tetapi anak itu tidak pernah berani menyentuh Zahra. Rizky menghargai Zahra sebagai seorang muslimah.

JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang