Part 35

732 104 16
                                    

"Maa Syaa Allah... Semenjak kita nikah baru kali ini kita tidur cuma berdua di kamar gadis kamu ini ya, Sayang." Ucap Rayhan sambil menyandarkan kepalanya di pangkuan Aisyah.

"Lha iya ya, Bang... Dari awal kita nikah, tidur di kamar ini sama Zahra ya. Kalau Zaydan biasanya gabung sama Adnan dan Nanda tidur di luar. Terus nambah si kembar, tambah lagi Fatima. Makanya kita harus pakai kasur tambahan, karena ga muat di kasur ini. Sekarang Zahra diajak Maira, tidur di kamarnya. Kembar diajak nginap sama Rafa. Sampai Fatima juga diajak tidur bareng Bunda." Ucap Aisyah sambil mengusap-usap kepala Rayhan.

"Iya... Baru kali ini juga Fatima melewatkan moment tidur sama aku. Biasanya kan kalau lagi nginap-nginap gini, kesempatan anak itu tidur sambil peluk aku."

"Iya tumben, tapi mungkin gantian juga. Selama aku di rumah sakit kan, Fatima tidur ditemanin sama Ayah dan Bunda. Jadi sekarang pas Bunda ajak tidur bareng, dia mau aja. Kalau ga beneran ngambek sama kamu."

"Kayaknya sih emang ngambek juga. Tapi ga mau ngaku tadi pas aku tanya. Alhamdulillah aja tadi Rafif langsung gendong Fatima, terus dia juga mau. Kalau ga terpaksa aku ga ikutan bawa keranda jenazah Ayah dan ga ikutan mengebumikan Ayah. Padahal itu kesempatan terakhir aku untuk berbakti sama Ayah secara langsung. Soalnya kan Fatima kalau udah nangis kan suka heboh."

"Makanya jangan dimanja anaknya. Tadi kan pas Ayah dimakamin, emang jadwal tidurnya Fatima. Makanya pas digendong Rafif, ga lama langsung  pulas kan dia."

"Sebenarnya aku ga manjain... Anaknya aja yang manja, terus aku juga senang, karena akhirnya ada anak yang sering nyariin aku. Kayak ketergantungan sama aku. Soalnya istri aku cuek. Nikah udah 10 tahun lebih, tapi jarang banget nyariin suaminya. Suami lagi keluar kota aja ga ditanyain. Kalau Fatima kan kalau aku lagi ke luar kota, bisa beberapa kali anak itu vc aku dalam sehari."

"Lha ngapain ditanyain? Kamu aja laporan terus. Sampai bandara kasih tau. Mau boarding kasih tau lagi. Udah landing juga kasih tau. Pas sampai hotel kasih tau lagi. Mungkin bisa dibilang semua kegiatan kamu, kamu kasih tau ke aku."

"Itu karena kamu ga pernah nanya, Sayang." Rayhan mengecup tangan Aisyah.

"Aku ga nanyain kamu, karena In Syaa Allah, aku percaya sama kamu. Kamu kerja untuk nafkahin aku sama anak-anak. Kalau niat kamu lillahi ta'ala, kata Rasullullah itu termasuk jihad. Masa suami lagi berjihad, aku curigain. Yang penting aku ga lupa untuk selalu mendoakan kamu."

Rayhan mengambil tangan kanan Aisyah yang sedari tadi mengusap-usap kepalanya. "Maa Syaa Allah... Istri aku memang the best." Rayhan mencium kedua tangan Aisyah.

"Kok tangan aku dipegang terus sih, Bang? Kamu ga mau diusap-usap kepalanya?" Tanya Aisyah karena Rayhan tak kunjung melepaskan tangannya.

"Bukannya ga mau... Tapi usapan kamu bikin aku nyaman banget, jadinya ngantuk. Aku belum mau tidur, aku masih mau ngobrol-ngobrol sama kamu. In Syaa Allah malam ini kita ga akan dapat ketukan pintu tengah malam. Biasanya Fatima kalau tidur ada temannya, jarang kebangun tengah malam kan." Rayhan tertawa kecil.

"Bisa aja nih ayahnya Fatima. Sebelum Fatima, si kembar ya, Bang. Si kembar malah lebih seru, ngetuk pintunya kayak debt collector." Aisyah ikut tertawa kecil.

"Anak kita seru-seru ya, Sayang..."

"Maa Syaa Allah... Seru banget. Makanya kalau aku udah capek sama tingkah pola mereka, aku diamin aja. Biasanya mereka cepat peka kalau aku udah diam aja sambil lihatin mereka."

"Alhamdulillah... Mereka tuh sebenarnya sayang banget sama kamu. Tapi namanya juga anak-anak ya begitu, ada aja yang akhirnya yang dibikin ribut. Alhamdulillah nya mereka kalau berantem ga lama, apalagi si kembar, paling juga 5 menit udah baikan lagi."

JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang