"Udah ngomong sama Qonita, Bang?" Tanya Aisyah begitu memasuki dapur dan melihat Zaydan sedang menyeduh teh.
"Astagfirullahaladzim..." Zaydan terlonjak kaget.
"Ya Allah... Abang kaget? Ibu ga maksud ngagetin lho... Abang ngelamun ya?" Aisyah menepuk bahu Zaydan pelan.
"Eh ga, Bu... Ibu tanya apa tadi?" Zaydan mengubah posisinya jadi menyandar pada kitchen set.
"Ga ngelamun tapi ga dengar pertanyaan Ibu... Emangnya Abang ada masalah THT?" Ledek Aisyah.
Zaydan tertawa kecil menanggapi ucapan Aisyah.
"Kalau ada masalah THT, jangan praktek dulu, Bang. Berobat dulu ke spesialis THT. Kasihan nanti pasien-pasien Abang, nanti mereka bilangnya lagi BAB-BAB terus, eh Abang dengarnya mereka lagi susah BAB. Terus Abang kasih resep obat pencahar. Bisa repot urusannya, Bang." Ucap Aisyah dengan ekspresi wajah yang dibuat serius.
Zaydan kembali tertawa kecil. "Iya, Bu... Tadi Abang ngelamun dikit."
"Nah gitu dong ngaku... Kayak bakal dihukum aja, pake ga ngaku segala." Aisyah ikut tertawa kecil.
"Maaf ya, Ibuku yang cantik, baik, sholehah..." Zaydan menangkup kedua tangannya di depan dada.
"Iya... Ibu bingung kenapa semua laki-laki yang tinggal di rumah ini suka banget merayu Ibu dengan muji-muji terus."
"Kan Ayah yang ngajarin, Bu..." Zaydan mengikuti gaya Uda.
"Yaa Allah... Beneran ini mah Abangnya Uda." Aisyah kembali menepuk bahu Zaydan pelan.
"Lha kan emang Abang, Abangnya Uda." Zaydan kembali tertawa kecil.
"Ah udah ah... Kita ngobrol di ruang makan aja yuk, Bang. Abang duluan aja sana. Ibu mau buat teh manis untuk Ayah dulu. Sebentar lagi Ayah pulang."
"Abang aja yang buat, Bu... Ibu tunggu aja di ruang makan. Ibu mau Abang buatin sekalian ga?"
"Ibu aja yang buat, Bang. Ayahnya tau kalau bukan Ibu yang buat."
"Terus Ayah marah, kalau bukan Ibu yang buat?"
"Ga dong, Bang... Cuma Ibu ga enak hati aja, masa buatin teh untuk suami aja, pakai minta tolong yang lain. Ayah kan suaminya Ibu, bukan suaminya Mbok Nem." Aisyah tertawa kecil mengingat pernah meminta tolong kepada Mbok Nem membuat teh manis untuk Rayhan, karena saat itu ia sedang sibuk memeriksa laporan cafe 'UsiL'. Aisyah sudah memberitahu takaran gula, air serta cangkir yang biasa dipakai Rayhan kepada Mbok Nem. Dan hasilnya saat Rayhan meminum teh tersebut, Aisyah mendapatkan ekspresi yang tidak biasa dari suaminya itu. Rayhan mengatakan kalau rasa tehnya berbeda dan meminta Aisyah mencobanya. Sebenarnya waktu Aisyah mencobanya, tidak merasakan hal yang berbeda, tapi entah mengapa Rayhan mengatakan kalau rasa teh itu berbeda. Akhirnya Aisyah faham kalau Rayhan mengetahui teh itu bukan ia yang membuat. Aisyah pun menjadi tidak enak hati. Semenjak itu Aisyah tidak pernah meminta tolong Mbok Nem atau siapa pun membuat teh manis untuk Rayhan.
"Hubungannya sama Mbok Nem apa, Bu?" Zaydan bingung karena Aisyah tiba-tiba membawa nama Mbok Nem.
"Panjang ceritanya, Bang... Udah sana, tunggu Ibu di ruang makan."
"Oke deh..." Zaydan keluar dari dapur sambil membawa teh yang dibuatnya.
"Ada masalah apa sih, Bang? Dari tadi ngelamun terus." Tegur Aisyah sambil membawa insulated mug yang berisi teh manis buatannya.
"Eh udah selesai buat tehnya, Bu?" Ucap Zaydan begitu tersentak dengan kehadiran Aisyah yang duduk dihadapannya, jarak mereka hanya dipisahkan oleh meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️
RomanceBismillah mau coba nulis season 3 Aisyah & Rayhan... Seperti biasa, ceritanya ngalir aja ya... 🤭😎 Mudah-mudahan nanti ujung-ujungnya jadi sequel siapa gitu... Hehe... Langsung baca aja ya... 😉