Part 23

821 117 27
                                    

"Masih pusing, Sayang?" Tanya Rayhan begitu keluar dari kamar mandi yang ada di kamarnya.

"Iya... Perut aku juga sakit. Asam lambung aku naik kali ya." Jawab Aisyah.

Sejak selesai menunaikan sholat subuh berjamaah dengan anak-anak perempuannya, Aisyah merasakan kepalanya pusing. Rasa pusingnya  membuat Aisyah tidak bisa menyiapkan sarapan untuk Rayhan serta anak-anaknya, karena sejak merasakan pusing dia langsung berbaring di tempat tidur.

"Emang kamu akhir-akhir ini suka terlambat makan?"

"Iya... Soalnya ga nafsu. Cuma aku paksain aja, makanya makan. Kalau ngikutin nafsu sih, ga pengen makan. Nanti aku order online aja deh, obat asam lambungnya."

"Jangan minum obat sembarangan, Sayang."

"Obat yang biasa dikasih dokter kok. Malaslah kalau harus ke dokter lagi. Dikasih obatnya sama terus kok."

"Iya... Tapi untuk kali ini, kalau kamu mau minum obat harus ke dokter dulu. Atau kamu mau aku antar ke dokter sekarang?"

"Ga usah ke dokterlah. Aku rasa setelah minum obat dan makan yang lembut-lembut, In Syaa Allah sembuh, Bang."

"Bukan masalah itu, Sayang. Masalahnya aku curiga kita berhasil kasih oleh-oleh spesial untuk Fatima." Rayhan tersenyum penuh arti.

"Maksudnya?" Aisyah mengerutkan keningnya.

"Kamu hamil... Period kamu udah telat 2 Minggu kan? Biasanya kan tiap tanggal 1, sekarang udah tanggal 15, belum keluar juga kan?"

"Kayaknya ga deh, Bang. Aku kan udah tua."

"Mau umur berapa juga, kalau masih haid ya masih bisa hamil dong, Sayang. Apalagi kita masih rutin kan, Sayang..." Rayhan tersenyum menggoda sambil menaik turunkan alisnya.

"Ih nih orang senyumnya ngeselin banget... Umur kamu udah setengah abad lho, Bang, masa masih punya bayi? Punya cucu kali cocoknya."

"Kalau Allah masih kasih kepercayaan masa kita tolak, Sayang... Lagi pula ga masalah anak sama cucu lahir barengan. Ga ada syariat yang melarang kan, Sayang?"

"Udah ah, Bang, kamu bikin aku takut aja sih... Kalau aku ga pusing, aku cubit kamu."

"Takut apa sih? Hamil ada suaminya kok takut. Kalau hamil ga ada suaminya atau belum menikah udah hamil baru tuh takut."

"Apa kata orang, Bang? Udah tua masih hamil aja, doyan banget sih..."

"Astaghfirullah... Jadi masalahnya omongan orang? Istri aku masih aja mikirin omongan orang yang ga penting. Kalau dibilang doyan, lha manusia normal berlawanan jenis dalam ikatan pernikahan yang sah menurut syariat, wajar kalau melakukan hubungan suami istri. Termasuk ibadah juga kan. Masa ada istri dianggurin aja, sayang banget kan." Rayhan tertawa kecil.

"Terserah Pak Rayhan aja deh... Saya ga pernah menang sama Bapak. Bapak pintar banget ngomong."

"It's reality, honey..." Rayhan menghampiri Aisyah dan mengacak rambut Aisyah.

"Kamu beneran pengen punya bayi lagi?"

"Iya..." Rayhan tersenyum, kemudian duduk di pinggir tempat tidur.

"Kamu ga khawatir kalau dia masih kecil,  terus kita udah dipanggil sama Allah."

"Semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz, Sayang. Dan ingat semua takdir Allah itu baik. Kalau saat Allah panggil kita, anak-anak masih kecil, Allah pasti sudah aturkan siapa nanti yang akan mengurus anak-anak kita. Jangan khawatir dengan takdir Allah. Kematian itu pasti, tapi jangan khawatir atau takut dengan kematian itu. Namun, sebelum ajal menjemput, kita harus menyiapkan diri sebaik mungkin agar bisa meninggal dalam keadaan husnul khotimah."

JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang