Setelah 5 hari berada di rumah Ummi Khadijah, Rayhan pun pamit untuk pulang ke Jakarta bersama Aisyah beserta anak-anaknya. Rayhan akan mengantarkan Zaydan dan Zahra untuk bertemu dan menginap di rumah Mama Wati terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya di daerah Kalibata. Dan seperti biasa mereka mampir terlebih dahulu ke makam Amira.
"Ini kuburan siapa sih, Bu? Kok kita suka kesini?" Tanya Uda ketika mereka sampai di depan makam Nur Amira yang berada di Perwira Cemetery, Bekasi.
Rayhan memang suka mengajak Aisyah dan anak-anaknya untuk ziarah ke makam Amira, walau tidak menunggu moment menjelang bulan puasa atau lebaran. Biasanya mereka akan berziarah sekalian mengunjungi Mama Wati. Alhamdulillah Aisyah tidak merasa keberatan akan hal itu.
"Ini kuburannya Bunda Mira, Uda..." Jawab Aisyah.
"Bunda Mira itu siapa, Bu?" Tanya Aa'.
"Bunda Mira itu yang melahirkan Abang sama Kakak."
"Katanya Abang sama Kakak anaknya Ibu, tapi kok yang melahirkan Bunda Mira?" Tanya Uda lagi.
"Iya, Abang sama Kakak emang anak-anak Ibu. Tapi Abang sama Kakak ga lahir dari perut Ibu seperti Uda, Aa' sama Adek. Abang sama Kakak lahir dari perut Bunda Mira."
"Tapi Abang sama Kakak, anak Ayah kan, Bu?" Uda bertanya lagi.
"Anak Ayah dong..."
"Terus Bunda Mira siapa Ayah?" Aa' ikut bertanya.
"Bunda Mira itu istri Ayah..."
"Katanya Ibu yang istrinya Ayah... Terus kok Bunda Mira juga istrinya Ayah? Masa Istrinya Ayah ada 2..." Uda membuat jarinya membentuk huruf V.
Rayhan terdiam mendengar pertanyaan anaknya.
"Iya istrinya Ayah ada dua. Bunda Mira sama Ibu."
"Kok ada 2 sih, Bu?" Kali ini Aa' yang bertanya.
"Istri Ayah ada 2 karena pertamanya Ayah menikah sama Bunda Mira. Terus Ayah sama Bunda Mira punya anak Abang sama Kakak. Setelah Bunda Mira meninggal, baru Ayah menikah sama Ibu. Terus punya anak Uda, Aa' sama Adek."
"Oh gitu..." Si kembar kompak mengangguk-anggukkan kepalanya.
Entahlah anggukan kepala mereka karena benar-benar mengerti atau cuma mengangguk saja. Aisyah tertawa kecil melihat tingkah laku si kembar.
"Sekarang Kakak, Uda sama Aa' duduk disitu ya... Kita berdoa dulu..." Aisyah menunjuk tembok semen berlapis keramik yang berfungsi sebagai tempat duduk bagi peziarah.
Ketiga anak itu menurut dan duduk di tembok itu. Kemudian Aisyah ikut duduk di tembok itu.
"Sini Adek sama Ibu aja, Bang..." Aisyah meminta Fatima yang sedang dalam gendongan Zaydan. Fatima masih acuh tak acuh kepada Rayhan, oleh karena itu Fatima lebih memilih digendong Abangnya daripada Ayahnya.
"Gapapa sama Abang aja, Bu..." Jawab Zaydan.
"Kalau gitu Abang yang duduk aja deh..." Aisyah hendak bangkit dari duduknya.
"Ga usah, Bu... Biar Abang berdiri aja. Abang kuat kok... Ya kan, Dek?" Zaydan mencium pipi Fatima.
Fatima tertawa senang karena perlakuan Zaydan.
"Okelah kalau begitu... Eh iya, Ayah mau duduk ga? Ayah ngantuk ya? Diam aja dari tadi. Kalau Ayah ngantuk duduk aja, nanti juga biar Ibu aja yang jadi supir sampai rumah Eyang."
"Ga... Ayah ga ngantuk... Ibu aja yang duduk. Ayah berdiri aja." Ucap Rayhan.
"Oh ya udah kalau gitu... Ya udah pimpin doa, Bang... Ayah lagi sariawan kayaknya, tiba-tiba jadi diam aja dari tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SEBELAH PINTU? (Selesai)✔️
RomanceBismillah mau coba nulis season 3 Aisyah & Rayhan... Seperti biasa, ceritanya ngalir aja ya... 🤭😎 Mudah-mudahan nanti ujung-ujungnya jadi sequel siapa gitu... Hehe... Langsung baca aja ya... 😉