Atreo baru saja selesai mandi ketika Jaac tiba-tiba masuk ke kamar dengan pipi kiri yang membengkak. Ia tadi baru selesai berlatih pedang dan akan menuju asrama putra ketika melihat Aalisha panik memberi tahu Lea bahwa Jaac dipanggil kepala sekolah karena menerobos ruang rahasia.
Sejak pertama kali diceritakan tentang ruang rahasia itu oleh salah satu pengajar yang entah siapa namanya Atreo sudah lupa, Atreo punya firasat Jaac akan terlibat dengan ruangan itu cepat atau lambat. Dia hanya sedikit tidak menyangka Jaac baru benar-benar mendapat masalah setelah dua bulan lebih berlalu, lebih lama dari waktu yang Atreo bayangkan.
Melihat Jaac sudah kembali setelah Atreo selesai mandi, sangat disayangkan sepertinya kepala sekolah tidak menahan Jaac untuk waktu yang lama. Padahal, dulu Atreo sampai hampir satu jam berdiri di ruang kepala sekolah.
Jaac mendaratkan pantat di ranjangnya kemudian mengompres pipinya dengan es yang dilapisi kain.
"Aku mendapatkan ini dari penjaga asrama," kata Jaac saat Atreo memperhatikan.
Cih, siapa juga yang peduli.
Atreo membuang muka, lanjut mengeringkan rambut dengan handuk.
Tidak perlu ditanya siapa yang membuat pipi Jaac dalam keadaan seperti itu. Sudah pasti Elsi, kan?
Atreo ingat Elsi dulu juga tampak akan memukulnya saat Atreo sempat terlibat dalam perkelahian. Tapi karena saat itu memang bukan murni kesalahan Atreo seorang, sepertinya perempuan itu menahan diri.
Sebenarnya, Atreo tidak pernah paham kenapa Elsi bersikap seolah-olah semua yang terjadi berhubungan dengannya. Maksudnya, kenapa dia harus merasa terganggu?
Saat Alka pernah menghilang dan tersesat dulu, Elsi sampai merelakan waktu makan siang untuk mencarinya. Saat Kaori tantrum karena trauma yang tidak Atreo tahu, Elsi juga yang turun tangan langsung untuk menenangkannya. Saat Atreo mendapat masalah seperti Jaac hari ini, Elsi bersikap seolah-olah dia yang bertanggung jawab.
Kenapa?
Yah, bukannya Atreo peduli juga.
Pemuda itu melemparkan handuknya ke ujung ranjang dan menyisir rambut yang masih sedikit basah dengan jemari. Badannya terasa pegal-pegal tiap kali ia selesai berlatih pedang, dan kali ini pun tak berbeda. Telapak tangannya sudah kasar dan kapalan, membuatnya menghela napas. Padahal, tangan ini dulunya sangat bersih dan lembut meski ia terus bekerja dengan kabel-kabel.
"Aku tidak menyangka Elsi sangat marah," ucap Jaac.
Atreo memutar bola mata.
Mulai lagi. Jika Jaac sudah membuka mulut, sulit sekali membuatnya diam. Apakah seharusnya tadi Atreo tidak usah kembali saja ke kamar?
"Padahal aku tidak bertengkar dan memukul siapa pun. Kenapa aku malah dipukul ketika dia membiarkanmu begitu saja? Kenapa aku diteriaki dan dimaki?" keluh Jaac tak terima.
Benar, kan. Makhluk bernama Jaac ini sepertinya tidak tenang hidupnya jika sehari saja tidak mengeluh.
Atreo melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, melemaskan seluruh tubuh yang masih terasa tegang. Dia menghela napas tatkala bahunya akhirnya bisa turun dan santai. Dengan tubuh selelah ini, dia bisa menghabiskan waktu untuk tidur sembari menunggu waktu makan malam.
Atreo mengerjap dan segera memutar otak ketika mendapati Jaac akan kembali membuka mulut untuk lanjut mengeluh.
"Bagaimana perasaanmu jika setiap hari kamu membantu seseorang dengan sepenuh hati, tapi ternyata ia hanya menganggapmu hologram atau kecerdasan buatan?"
Pertanyaan Atreo itu langsung membuat Jaac mengatupkan kembali mulutnya dengan mata yang tampak terkejut.
Hmmp, sudah Atreo duga itu bekerja. Jaac pasti banyak dikelilingi hologram dan berbagai macam kecerdasan buatan di kehidupannya, jadi contoh singkat yang Atreo berikan mudah dimengerti oleh makhluk tukang mengeluh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Kami] Tentara Langit
ФэнтезиAlka mendadak merindukan Harp di tengah kesibukannya di akademi. Elsi mendadak menikmati setiap detiknya di tengah kebisingan 'teman-teman'nya. Kaori mendadak lupa tidak lagi hidup bersama Otoo-san dan Okaa-sannya. Jaac bahkan mulai terbiasa hidup t...