Untunglah Kak Asa datang tepat waktu. Dan untunglah Atreo berhasil mengaktifkan ritual penyuciannya tepat waktu.
Cahaya putih yang sangat menyilaukan melewati tubuh Kaori ketika ia sudah mencapai batasnya. Cahaya itu menyapu semua kabut buszo dan terus turun hingga ke desa dengan gerakan yang begitu cepat layaknya kilat.
La-guh yang mengendalikan sang bayi naga tampaknya ikut tersapu karena naga itu kemudian mulai tenang meski masih menggeram siaga pada Kaori. Kak Asa yang menyusul dengan kondisi menyedihkan segera mengambil alih. Kaori tidak melihat bagaimana prosesnya karena dia sibuk mengisi kembali energi setelah jatuh terduduk karena kehabisan tenaga, tapi Kak Asa berhasil mengendalikan bayi naga itu dan sekarang tengah menggiringnya kembali ke danau yang terletak di balik dua gunung di sana.
Kaori melangkah perlahan, berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya agar tidak ambruk, menyusuri jalan setapak yang melandai turun menuju desa. Ia lantas bergerak secepat mungkin ketika merasa energinya sudah di ambang batas, bergegas menyandarkan diri ke dinding rumah seorang penduduk. Bahkan untuk berjalan turun kembali ke desa saja Kaori hampir-hampir tidak memiliki tenaga.
Apa sebaiknya Kaori tetap tinggal saja ya di tempat tadi dan menunggu Atreo turun?
Ah, benar juga. Apa sebaiknya Kaori kembali saja daripada Atreo kesal karena sudah ditinggal? Pemuda itu, dia sangat labil dan sulit dimengerti. Dia sangat mudah kesal dan merajuk pada hal-hal yang tidak dapat Kaori pahami. Mungkin, karena dia sedang melewati masa puber, kata Aalisha beberapa bulan lalu. Pernyataan yang aneh dari seorang Aalisha, padahal dia sendiri lebih muda dari Atreo.
Meski berbeda konteks, tetapi Aalisha juga terkadang sama-sama sulit dimengerti.
"Akhh ...."
Suara rintihan seseorang menahan kesadaran Kaori yang baru saja akan melayang.
Kaori bersusah payah membuka matanya yang berat, menghalau pikirannya yang mulai ke mana-mana. Sembari tetap bertumpu pada dinding, gadis itu sekali lagi memaksakan tubuhnya untuk tetap bergerak menuju sumber suara.
"Elsi—!"
Kaori memekik pelan ketika mendapati Elsi tertelungkup di belakang rumah tersebut dalam keadaan berdarah-darah. Seluruh tenaga Kaori yang hilang mendadak kembali. Ia tanpa sempat berpikir sudah berlari mendekati Elsi.
Keadaan Elsi cukup parah. Pinggangnya berlubang dan seluruh telapak tangannya penuh dengan luka. Kuku-kuku jemarinya terisi dengan tanah. Melihat bekas cakaran tangan dan rumput-rumput liar di sekitar Elsi yang tercabut, pastilah gadis itu mencengkeram apa saja yang dia bisa untuk menahan rasa sakitnya.
"Elsi, bisa mendengarku?" Kaori menyentuh dahi Elsi yang penuh keringat dingin.
Pandangan Elsi tampak tidak fokus. Entah apakah dia bisa mendengar suara Kaori atau tidak. Jika bisa pun, tampaknya dia kesulitan untuk menjawab gadis itu.
Salah satu tangan Kaori dengan sigap menjejak tanah ketika tubuhnya tiba-tiba limbung, kelelahan. Dia menggelengkan kepala pelan, berusaha mengumpulkan tenaga sekali lagi, lalu membongkar salah satu tas kecil yang selalu dibawanya. Dengan cairan anti infeksi, Kaori membersihkan luka di perut Elsi dengan menyiramkannya sebanyak mungkin, mengabaikan Elsi yang tampak seperti akan meledak karena nyeri.
Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Bisik Kaori.
Cairan itu memang nyeri ketika pertama kali dituangkan pada luka, namun kemudian akan terasa dingin seiring berjalannya waktu. Luka berat seperti yang ada di pinggang Elsi harus segera dibilas terutama karena desa ini belum bersih, akan sangat cepat luka itu mendapat infeksi.
Kaori membuka wadah yang berisi racikan obat yang dia racik sendiri sebelum berangkat menjalankan misi. Dengan perban bersih yang selalu ia bawa kemana-mana, Kaori membungkus obat itu kemudian ditempelkan pada bagian perut Elsi yang terluka. Dengan perban yang lain, ia kemudian mengeratkan racikan obat tersebut, bersusah payah melilitkan perban melingkari tubuh Elsi yang untungnya kini perlahan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Kami] Tentara Langit
FantasyAlka mendadak merindukan Harp di tengah kesibukannya di akademi. Elsi mendadak menikmati setiap detiknya di tengah kebisingan 'teman-teman'nya. Kaori mendadak lupa tidak lagi hidup bersama Otoo-san dan Okaa-sannya. Jaac bahkan mulai terbiasa hidup t...