31. Misi Baru, Lokasi Baru, Tim yang Sama

104 41 8
                                    

Jadi, setelah misi terakhir kali, mereka bertujuh bertemu lagi?

Elsi sedikit menyesal mengambil misi ini. Tidak bisa dibayangkan, sekali lagi dia harus mengurus anak-anak begundal ini.

"El, aku masih tidak terbiasa dengan penampilan barumu!" Jaac menatap Elsi dengan mata yang berbinar-binar tak wajar.

"Kau mengejekku?"

"Sama sekali tidak. Aku tidak sempat mengatakannya kemarin, tapi kau benar-benar terlihat keren, El! Tidak pernah terbersit dalam pikiranku kalau kau akan sangat cocok dengan rambut pendek." Jaac semangat mengacungkan kedua jempolnya.

Elsi memalingkan wajah dari Jaac. Mendengkus pelan.

Kia juga mengatakan bahwa Elsi terlihat semakin segar dengan rambut pendeknya. Karena ucapannya itulah Elsi akhirnya mau berbaur lagi dengan penduduk akademi setelah dua hari mengurung diri. Sebenarnya Elsi tidak terlalu peduli juga pada tanggapan orang lain tentang penampilan barunya. Tetapi, mendapat respon positif sebanyak ini, entah kenapa ia merasakan keanehan yang menyenangkan.

"Kenapa kau memotong rambut, El?" Jaac masih terus antusias berbicara.

"Jangan bilang kau sedang putus cinta, El." Alka tertawa pelan. "Di tempatku tinggal, para gadis biasanya memotong rambut ketika mereka putus cinta."

Elsi sekali lagi memalingkan wajah, kini justru kembali menatap Jaac. Ia jadi bingung ke mana ia harus menatap jika di kanan kiri ada orang-orang yang menginterogasi seperti ini.

Gadis itu berdehem pelan. "Sama sekali tidak. Aku hanya ingin saja."

"Aku yang merapikannya, loh. Bagaimana? Keren, kan?" Aalisha ikut mengacungkan dua jempol dengan sunggingan tawa yang lebar.

Elsi memperhatikan gadis kecil itu yang kini kewalahan menangani banjir pujian dari Alka. Padahal baru kemarin ia begitu emosional hingga bertengkar dengan Lea, emosi pertama yang Elsi lihat darinya. Namun, sekarang, ia sudah kembali tertawa seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Elsi memang tidak pernah menyadarinya. Tetapi setelah dikilas balik, Aalisha memang selalu seperti itu sepanjang waktu. Tertawa dan menunjukkan ekspresi yang menyenangkan apa pun keadaannya. Bahkan, saat ia menggerutu dan kelelahan pun, semua itu ia lakukan dengan menggemaskan, membuat Elsi sangsi apakah Aalisha benar-benar merasakannya atau tengah berusaha menyembunyikan perasaannya yang lain jika ia melakukan hal tersebut.

Tetapi, Zeeb mengatakan bahwa Aalisha adalah orang yang jujur, hanya saja kejujurannya disampaikan dengan cara yang rumit. Elsi tidak yakin apa yang dimaksud oleh Zeeb, tetapi ia memilih memercayainya. Memercayai Zeeb dan Aalisha.

Diam-diam, Elsi tersenyum miring saat melihat Aalisha dan Jaac berlarian menaiki bukit. Alka tampak mengikuti sambil melepaskan tawa. Kaori menyeringai gembira di sisi kiri Elsi, sementara Zeeb seperti biasa, berjalan tanpa suara di sisi kanannya.

"Kau tidak mengejar mereka, Treo?" canda Kaori dengan suaranya yang lembut.

"Hmmph, aku bukan anak kecil." Atreo yang ada di sisi kiri Kaori melipat kedua tangan di dada.

Bocah sombong itu, Atreo, juga tampak cerah hari ini. Biasanya ia selalu berjalan di paling belakang dengan malas-malasan dan ekspresi wajah yang suram. Tetapi kali ini, ia berjalan tak jauh dari rombongan. Ia juga mau menjawab sapaan dan pertanyaan yang lain meski masih mengagungkan gengsi. Lucu sekali.

Meski saat berangkat, matahari di langit Acacio sudah mulai tergelincir, begitu tiba di lokasi, ternyata matahari baru saja terbit. Tempat ini pastilah sempurna di belahan dunia yang berseberangan dengan tanah Acacio.

Hari yang cerah, perasaan yang menyenangkan, anak-anak yang tertawa riang.

Elsi meralat perasaannya. Ia sama sekali tidak menyesal mengambil misi ini dan bertemu anak-anak lagi. Sepertinya, ini akan menjadi misi yang menyenangkan.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang