Semua terjadi begitu cepat. Padahal baru kurang dari satu jam yang lalu Atreo pergi mengambil air suci. Saat kembali, desa ini sudah menjadi lautan api.
Obor-obor berjatuhan dan membakar apapun yang bisa terbakar. Dinding-dinding batu runtuh. Kabut Buszo menggantung di setiap sisi. Orang-orang menggila layaknya kerasukan. Langit yang mendung gelap seolah sengaja menambah-nambah situasi mengerikan yang sudah terwujud.
Atreo meraih sebuah kayu dengan ujung runcing kemudian melemparkannya ke arah serigala yang hendak menyergap Aalisha dari belakang.
"Apa yang terjadi?" tanya Atreo sembari mendekati gadis itu.
Aalisha tampak kacau. Ikatan rambut keritingnya berantakan sementara bajunya penuh dengan noda tanah. Ia terengah-engah, mengusap pipinya dengan bahu sementara kedua tangannya erat menggenggam saber dengan darah serigala yang menetes-netes.
"Barier yang kamu perkuat dipecahkan oleh si bayi naga. Bayi naga itu mengamuk karena terkejut sepertinya. La-guh hipnosis lain lepas dari retakan dan sekarang Buszo menyebar ke warga. Kak Asa, Elsi, dan Zeeb sedang berusaha menenangkan naga itu," lapor Aalisha.
What the hell. Barier buatannya pecah?
Oke, Atreo memang tidak membuatnya. Ia hanya memperkuat kubah spiritual yang sudah ada. Tetapi bagaimanapun juga, itu adalah barier paling kuat yang bisa Atreo buat, dan jelas tidak ada dari teman setimnya yang bisa menandingi kekuatan barier itu. Atreo susah payah belajar membuat kubah spiritual dan terus berusaha menaikkan levelnya demi melindungi dirinya sendiri dari apa pun. Tapi hasil dari kerja kerasnya bisa pecah begitu saja? Hanya dalam waktu kurang dari satu jam?
Atreo sudah punya firasat buruk sejak perbincangan semalam. Menyebalkan sekali firasat buruk itu benar-benar terjadi di depan mata.
"Ayo kita ke Jaac yang berusaha menenangkan warga." Aalisha menarik tangan Atreo dan berlari ke suatu arah. Ke tengah desa.
Menuju ke tengah desa yang kacau balau seperti ini? Bukannya lebih baik mereka pergi sekarang juga dan memanggil pasukan Tentara Langit? Bayi naga yang tantrum, desa bekas perjanjian yang dibangun di atas retakan, La-guh yang mengacaukan isi kepala hewan-hewan dan manusia. Semua kasus ini sudah lebih dari level A.
Atreo menutup hidungnya dengan lengan kiri yang bebas ketika kabut kelabu Buszo semakin pekat dan semakin pekat. Tekanan di sekitar kepalanya terasa berat membuatnya pening dan pandangannya memburam.
Bruaakkkk ....
Tubuh seseorang baru saja terbang di depan mata Atreo lalu jatuh menabrak salah satu dinding rumah warga. Tanpa menunggu waktu, orang itu berdiri dan dengan secepat kilat kembali maju menerjang apa pun yang tengah ia lawan.
Itu Kak Asa.
"Pergilah cari Jaac, dia ada di rumah kepala desa. Aku akan membantu yang lain mengurus naganya." Aalisha melempar Atreo untuk menyuruhnya terus berlari, kemudian menghilang di balik kabut Buszo, mengejar jejak Kak Asa.
Ukh, ini merepotkan.
Atreo lanjut berlari kecil menembus kabut sembari merapal mantra untuk membuat kubah spiritual di sekitar tubuhnya sendiri. Udara terasa lebih ringan dan jernih di dalam barier. Atreo juga bisa melihat dengan lebih baik meski jarak pandangnya tetap terbatas.
Rumah-rumah penduduk yang tersusun dari batu-batu banyak yang hancur. Beberapa hewan buas masuk ke desa dengan tubuh yang berevolusi hingga dua kali lipatnya. Beberapa penduduk tampak menggila, melemparkan bebatuan, atau menghunus pisau ke arah ... siapa itu? Oh, Kaori yang berusaha menenangkan kegilaan penduduk.
Desa ini benar-benar kacau.
Atreo melompat kemudian memberikan tendangan dari udara ke arah seekor serigala yang berusaha menerkam seorang penduduk yang pingsan.
![](https://img.wattpad.com/cover/148109601-288-k315849.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Kami] Tentara Langit
FantasíaAlka mendadak merindukan Harp di tengah kesibukannya di akademi. Elsi mendadak menikmati setiap detiknya di tengah kebisingan 'teman-teman'nya. Kaori mendadak lupa tidak lagi hidup bersama Otoo-san dan Okaa-sannya. Jaac bahkan mulai terbiasa hidup t...