38. Melepaskan

106 41 10
                                    

Now playing:
A Lonely Heart by Revolt Production Music
Shared Tears by Peter Roe
Forever Lost by Tom Player
End of Days by Gothic Storm Music

Now playing:A Lonely Heart by Revolt Production MusicShared Tears by Peter RoeForever Lost by Tom PlayerEnd of Days by Gothic Storm Music

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atreo, Kia, lalu Kaori.

Selanjutnya, siapa lagi yang akan mati?

Kenapa dunia bertindak sekejam ini pada Elsi?

Apa yang telah Elsi lakukan hingga ia merasakan hukuman semacam ini?

Mau dibilang lulus bagaimana pun juga, di depan mata Elsi, Atreo dan Kaori mati.

Elsi masih mengingat dengan jelas perasaan mengerikan yang menyekapnya hingga sesak ketika melihat tubuh Atreo terjun bebas ke jurang yang gelap dan tak berujung. Seluruh tubuh Elsi begitu beku hingga ia tak mampu melakukan apa-apa untuk pertama kalinya. Yang bisa ia lakukan hanyalah mematung menjadi saksi atas kejadian mengerikan itu. Jantungnya seperti berhenti berdetak dan udara seolah hilang hingga ia tak mampu untuk bernapas.

Lantas, kepala sekolah dengan bangga bilang Atreo sedang berbahagia?

Tubuh rapuhnya melayang jatuh ke kegelapan dengan latar kobaran api dan pecahan batu serta teriakan melengking la-dian. Tetesan darah dari luka-luka di sekujur tubuhnya beterbangan mengantar tubuh itu menuju dasar kedalaman jurang. Bagaimana bisa pemandangan itu disebut sebagai kebahagiaan?

Semua misi yang terus Elsi ambil kemudian adalah distraksi agar ia tak mengingat kejadian itu lagi, tetapi itu bahkan tidak cukup. Di tengah diskusi, ketika sedang merapal mantra, ketika berjalan melewati sabana, ketika menggorok monster dengan pedangnya, memori itu terus berkelebat di mata Elsi. Ia bahkan tidak berani memejamkan mata karena takut senyuman terakhir Atreo akan menghantui dan hadir sebagai mimpi buruknya.

Elsi seperti kehilangan tempat untuk melarikan diri. Ke mana pun ia pergi, menyambangi berbagai tempat di belahan dunia ini, wajah Atreo tidak hilang dari pikirannya.

Andai saat itu Elsi lebih kuat, andai ia bisa memikirkan jalan keluar dengan cepat, andai ia melarang Atreo terlibat, andai ia menyadari perilaku aneh bocah itu sejak awal, andai ... andai ... andai ....

Semua perandaian itu menggelayuti Elsi. Seluruh rasa bersalah karena gagal mengemban tanggung jawab untuk melindungi teman-temannya seolah mencekik Elsi hingga ia hampir mati.

Elsi sama sekali tidak menyesali kelulusan Atreo. Sama sekali tidak.

Namun, andai Elsi bisa menjadi orang yang lebih kompeten saat itu, Atreo akan selamat, baik-baik saja, dan lulus dengan cara yang lebih baik. Ya, Atreo seharusnya bisa lulus dengan cara yang terbaik. Jika Elsi mampu melindunginya, mungkin ia akan menjadi orang yang paling lebar tertawa melepas Atreo yang lulus dengan bahagia.

Andai ....

Sayangnya, yang terjadi telah terjadi. Semua perandaian itu hanyalah mimpi. Elsi tidak pernah bisa mengelak akan fakta bahwa ia telah melepas temannya sendiri untuk mati. Mau berapa kali pun orang mengatakan Atreo telah lulus, tidak akan mengubah fakta bahwa ia lulus dengan melewati batas hidup dan mati.

[Kami] Tentara LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang